Kamis 11 Jun 2020 15:36 WIB

PM Morrison: Tak Ada Perbudakan di Australia

Morrison dinilai tak mengetahui sejarah awal negeri yang dipimpinnya.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
 Perdana Menteri Australia Scott Morrison,
Foto: EPA-EFE/Peter Rae
Perdana Menteri Australia Scott Morrison,

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Perdana Menteri Australia Scott Morrison dibanjiri kritik setelah menyebut tidak ada perbudakan di negaranya. Morrison dianggap tak mengetahui sejarah negeri yang dipimpinnya.

Kritik terhadap Morrison muncul dari berbagai kalangan, mulai dari sejarawan, anggota parlemen, dan aktivis Aborigin. Sebagian dari mereka mengaku kecewa atas komentar Morrison.

Baca Juga

“Perbudakan penduduk asli, pria, wanita, dan anak-anak didokumentasikan dengan baik. Budak bekerja di bidang mutiara, perikanan, industri pastoral, dan sebagai pekerja rumah tangga,” kata mantan anggota parlemen federal yang juga menjabat sebagai profesor politik di Monash University, Sharman Stone, Kamis (11/6).

Dalam sebuah diskusi bersama radio 2GB, Morrison ditanya tentang banyaknya patung tokoh yang erat kaitannya dengan perbudakan di berbagai negara dirobohkan. Hal itu menyusul kian masifnya demonstrasi bertajuk “Black Lives Matter” yang awalnya dipicu kematian pria Afrika-Amerika George Floyd.

Kemudian Morrison dimintai pendapat soal sosok Kapten James Cook. “Ketika Anda berbicara tentang Kapten James Cook, pada masanya dia adalah salah satu orang yang paling tercerahkan tentang masalah-masalah ini yang dapat Anda bayangkan,” katanya, dikutip laman the Guardian.

Menurutnya, saat Australia dibangun sebagai koloni, seperti New South Wales, hal itu dilakukan berdasarkan basis tak akan ada perbudakan. “Sementara kapal budak terus melakukan perjalanan di seluruh dunia, ketika Australia didirikan, ya tentu itu adalah permukiman yang cukup brutal,” kata Morrison.

Dia mengatakan nenek moyangnya berada di armada pertama dan kedua. “Itu adalah tempat yang sangat brutal, tapi tidak ada perbudakan di Australia,” ujarnya.

Morrison telah menolak seruan untuk menurunkan patung-patung pemimpin kulit putih, termasuk patung perdana menteri pertama Australia Edmund Barton yang terletak di dekat situs pemakaman Aborigin. Barton memainkan peran kunci dalam menyusun konstitusi nasional yang meniadakan hak-hak Aborigin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement