Ahad 14 Jun 2020 17:53 WIB

Ahli Saraf Internasional Dalami Masalah Tidur Selama Pandemi

Penelitian di 10 negara akan digabungkan untuk melihat masalah tidur selama pandemi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Gangguan tidur. Selama pandemi Covid-19, banyak orang mengalami masalah tidur.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Gangguan tidur. Selama pandemi Covid-19, banyak orang mengalami masalah tidur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekelompok ahli saraf internasional akan membahas pola tidur masyarakat selama pandemi Covid-19. Tidur diketahui sangat penting untuk kesehatan fisik dan mental, penting untuk perbaikan jaringan, regenerasi sel, fungsi kekebalan tubuh, memori, dan mengatur suasana hati serta emosi.

Selama pandemi Covid-19, banyak orang yang melaporkan masalah tidur, termasuk waktu tidur berantakan, insomnia, dan sering mimpi buruk. Proyek penelitian yang dipimpin oleh para ahli saraf Universitas Oxford Inggris ini akan menyelidiki bagaimana masalah tidur berdampak pada kesehatan tubuh dan ritme harian.

Baca Juga

The International Covid-19 Sleep Study (ICOSS) akan menggabungkan penelitian dari Austria, Kanada, China, Finlandia, Prancis, Jerman, Hong Kong, Jepang, Norwegia, dan Amerika Serikat. Studi ini akan melihat dampak pembatasan sosial terhadap tidur, memeriksa bagaimana risiko terpapar virus, dan bagaimana gejala psikologis, seperti kecemasan, depresi dan stres pasca-trauma dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tidur.

“Kami melihat tren tidur yang buruk selama pandemi, padahal tidur yang berkualitas cukup membantu kita mengatasi pandemi. Kami berharap untuk mempelajari masalah ini secara lebih rinci," kata salah satu peneliti dari Oxford Colin Espie seperti dilansir Times Now News, Sabtu (13/6).

Para peneliti menjelaskan, tujuan studi adalah untuk memahami bagaimana munculnya masalah tidur. Mereka juga akan menyelidiki bagaimana tidur selama Covid-19 berinteraksi dengan gaya hidup, kesehatan, dan kesejahteraan.

Data yang dikumpulkan oleh tim peneliti akan dimasukkan ke dalam basis data internasional. Hasil studi ini diharapkan bisa membantu para ilmuwan untuk "memahami tantangan serta mencari solusi demi menjaga populasi tetap bisa tidur berkualitas dan sehat”.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement