REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyebutkan, penawaran Surat Berharga Negara (SBN) ritel tahun ini tidak akan mudah. Sebab, pemerintah akan berebut dana masyarakat dengan perbankan atau kerap disebut sebagai crowding out.
Piter menjelaskan, tantangan tersebut sebenarnya terjadi dari tahun ke tahun. Termasuk ketika pemerintah menerbitkan hingga 10 instrumen SBN ritel pada tahun lalu, sehingga persaingan dengan perbankan pun terjadi.
Tantangan tersebut semakin besar di tengah pandemi Covid-19. Piter mengatakan, tekanan ekonomi saat ini menyebabkan pemilik dana atau masyarakat cenderung memilih untuk berjaga-jaga dibandingkan mengeluarkan uang untuk investasi.
"Mereka lebih suka memegang cash," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (14/6).
Hanya saja, Piter menilai, kondisi tersebut tidak menjadi masalah besar. Sebab, permintaan kredit swasta kini sedang menurun.
Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 27 Mei 2020, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh 9,78 persen secara year on year (yoy). Sedangkan kredit tumbuh melambat menjadi 4,16 persen (yoy).
Di sisi lain, instrumen SBNR ritel biasanya memiliki target yang mudah terjangkau. Sebut saja Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI017 yang akan mulai ditawarkan pada Senin (15/6) dengan target penawaran Rp 5 triliun hingga Rp 10 triliun.
"Target ORI masih bisa terpenuhi walaupun bersaing dengan perbankan," tutur Piter.
Piter menilai, daya tarik ORI017 masih besar meskipun ekonomi sedang mengalami tekanan saat pandemi Covid-19 saat ini. Sebab, saat ini, sedang terjadi tren penurunan suku bunga. Dampaknya, ORI017 yang menawarkan imbal hasil 6,4 persen merupakan pilihan investasi menarik bagi calon investor.
Optimisme juga disampaikan Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kemenkeu Deni Ridwan. Meski pandemi Covid-19 menekan perekonomian masyarakat, Deni optimistis, penerbitan SBN Ritel tetap akan diminati dan tidak berdampak negatif terhadap likuiditas perbankan.
Nilai DPK yang dihimpun perbankan pada periode mingguan 20 Mei mencapai Rp 6.150 triliun sedangkan penyaluran kreditnya senilai Rp 5.637 triliun. Sementara itu, Deni mengatakan, target penerbitan ORI017 tidak terlalu besar.
"Sehingga, diharapkan tidak mengganggu likuiditas perbankan," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Ahad.
Deni menambahkan, situasi pasar keuangan yang sudah mulai kondusif diyakini mampu membantu pemerintah mencapai target. Sudah banyak investor asing kembali ke pasar keuangan domestik dibandingkan awal masa pandemi Covid-19 sehingga performa sekuritas baik saham maupun obligasi pun menjadi lebih baik.