REPUBLIKA.CO.ID, CIKARANG--Bagi sebagian orang menjaga pola makan merupakan suatu kebiasaan yang sulit untuk diterapkan. Padahal pola makan yang sehat dapat menjaga tubuh agar tetap memiliki energi dan terhindar dari berbagai macam penyakit.
Yogi Anmaris (21) yang merupakan salah satu peserta JKN-KIS segmen peserta Pekerja Penerima Upah (PPU) menceritakan pengalamannya ketika ia harus mendapatkan pengobatan operasi usus buntu lantaran tidak menjaga pola makannya. Ia mengatakan dirinya tidak menyangka sama sekali karena dari kebiasaannya itulah ia harus mendapatkan tindakan operasi.
“Bulan Oktober lalu, untuk pertama kalinya saya menjalani operasi usus buntu. Semua ini terjadi karena kebiasaan pola makan saya yang salah. Dari dulu, saya suka makan makanan yang pedas, di mana sebelumnya saya juga belum makan nasi ditambah lagi saya sering mengonsumsi kopi. Disitulah saya merasa menjaga pola makan itu sesuatu yang penting, dan sama pentingnya kita memiliki jaminan kesehatan” ujar Yogi, Kamis (05/06).
Pemuda yang saat ini berkuliah di Universitas Negeri Jakarta itu bersyukur kepesertaannya dalam Program JKN-KIS membantunya untuk mendapatkan tindak pengobatan operasi usus buntunya tanpa perlu mengeluarkan biaya sedikitpun. Ia juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para peserta JKN-KIS yang selalu rutin membayar iuran.
“Saya bersyukur karena dengan pengobatan ini, saya bisa melakukan operasi usus buntu tanpa dibebani dengan besarnya biaya. Saya tahu dan ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, berkat gotong royong dari iuran peserta JKN-KIS lainnya saya bisa menjalani operasi tanpa membayar,” ujarnya.
Saat ditemui oleh tim Jamkenews, Yogi menceritakan kronologis dirinya sehingga ia harus mendapatkan perawatan rawat inap dan tindakan operasi di salah satu rumah sakit.
“Saat itu, saya tiba-tiba saya merasakan sakit perut tetapi seperti tidak biasanya. Awalnya saya kira karena cuma tidak bisa buang angin. Ternyata paginya saya masih merasakan sakit dan malah tambah sakit dibagian perut. Saya merasa ini sakit perut biasa, makanya saya beranikan diri untuk tetap kuliah. Sesampainya di kelas kerena perut saya masih sakit akhirnya saya coba untuk meminum minuman bersoda, dengan asumsi harapannya bisa keluar angin yang ada di dalam tubuh saya. Setelah bisa buang angin tapi kok lama-lama rasanya seperti terbakar di perut saya,” ujarnya.
Setelah merasa tidak dapat menahan rasa sakitnya, akhirnya Yogi berobat dan harus mendapatkan perawatan intensif. Ia mengatakan, meskipun dirinya sebagai peserta JKN-KIS, ia tidak pernah menemukan pembedaan pelayanan sama sekali. Bahkan ia mengatakan pelayanan yang diberikan begitu baik dan cepat sehingga penyakitnya dapat segera sembuh.
“Setelah memutuskan untuk berobat, saya yang waktu itu ditemani oleh ayah saya langsung disambut dengan baik oleh petugas rumah sakit. Sementara ayah saya mengurus keperluan adiministrasi saya langsung dibawa ke UGD untuk diperiksa lebih lanjut mengenai penyakit saya. Barulah disitu ketahuan setelah diperiksa dan didiagnosa usus buntu. Sebelum operasi pelayanan yang diberikan pun dan sangat cepat dalam mempersiapkan segalanya, perawatannya saya rasakan tidak aada masalah dan tidak mendiskriminasi,” ujarnya.
Ia berharap untuk masyarakat Indonesia yang belum terdaftar menjadi peserta JKN-KIS agar segera mendaftarkan dirinya sebelum sakit. Dibandingkan dengan jaminan kesehatan lainnya, menurutnya Program JKN-KIS merupakan jaminan kesehatan yang paling murah dibandingkan jaminan kesehatan lainnya.
“Setiap orang harus punya yang namanya jaminan kesehatan, karena sakit tidak ada yang tau kapan dan waktunya. Menurut saya jaminan kesehatan dari pemerintah ini merupakan jaminan kesehatan termurah dibandingkan jaminan kesehatan lainnya di luar sana,” tutur yogi.