Selasa 16 Jun 2020 09:13 WIB

Toko Buku, Mainan, dan Pakaian di Inggris Dibuka Lagi

Setelah tiga bulan ditutup pertokoan di Inggris dibuka kembali

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Sejumlah orang bersepeda melewati toko-toko yang tutup di Regent Street di London, Inggris. Setelah tiga bulan ditutup pertokoan di Inggris dibuka kembali. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/NEIL HALL
Sejumlah orang bersepeda melewati toko-toko yang tutup di Regent Street di London, Inggris. Setelah tiga bulan ditutup pertokoan di Inggris dibuka kembali. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Setelah tiga bulan ditutup karena pandemi virus corona, Oxford Street di London siap kembali menjalani kehidupan normal. Tempat untuk membersihkan tangan sudah siap, tanda agar pengunjung jaga jarak pun dipasang.

Namun jalanan perbelanjaan paling terkenal di ibu kota Inggris tersebut tidak terlihat atau terasa 'normal'. Mulai Senin (15/4) ini toko-toko 'non-esensial' yang menjual buku, mainan, dan pakaian di seluruh Inggris sudah diizinkan beroperasi lagi.

Baca Juga

Para pengusaha memang ingin segera kembali melakukan aktivitas bisnis. Tapi mereka tidak berharap konsumen langsung berbondong-bondong mendatangi toko mereka.

Toko-toko tersebut harus mengikuti pedoman Covid-19 pemerintah Inggris untuk memastikan pengunjung dan karyawan aman dari penularan. Di hampir setiap pintu toko dan mal ada sanitizer untuk membersihkan tangan.

Mal-mal pun memberlakukan sistem lalu lintas satu arah. Kasir ditutupi dengan plastik transparan dan banyak toko yang tidak menerima pembayaran uang tunai.

Pengunjung memang diizinkan untuk menelusuri lorong-lorong toko tapi diminta untuk tidak menyentuh barang di rak dan ruang ganti juga dibatasi. Oxford Street, London biasanya dipadati pengunjung kini dipenuhi tanda untuk memastikan konsumen mematuhi peraturan pembatasan sosial.

Sebagai salah satu upaya mendorong masyarakat tidak menggunakan subway dalam bepergian, trotoar dan tempat parkir sepeda diperluas. Karena tidak ada turis diperkirakan jumlah pengunjung pusat perbelanjaan di West End, London hanya sekitar 10 hingga 15 persen dibandingkan biasanya.

Salah satu yang hilang dari pusat-pusat perbelanjaan itu adalah wisatawan asing yang kini wajib melakukan karantina mandiri selama 14 hari setiap baru tiba di Inggris. Industri fesyen dan barang mewah salah satu industri yang paling terpukul dampak ekonomi pandemi, terutama karena kemungkinan resesi.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement