REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Seluruh sekolah di Prancis telah dibuka kembali setelah lebih dari tiga bulan ditutup akibat pandemi virus corona jenis baru (Covid-19). Jutaan murid yang terdiri atas siswa di taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan menengah hingga usia 15 tahun akan dapat kembali, mengikuti pembukaan kembali secara bertahap dalam beberapa minggu terakhir.
"Saya menangis gembira saat mendapat informasi bahwa kedua anak saya akan dapat kembali ke sekolah," ujar seorang warga Prancis bernama Noemie, seperti dilansir France 24, Senin (22/5).
Sekolah-sekolah di Prancis mulai ditutup pada 16 Maret, sehari setelah negara itu memberlakukan lockdown untuk mengendalikan penyebaran Covid-19. Meski pelonggaran aturan pembatasan telah dimulai secara bertahap mulai Mei, pembukaan sekolah belum diizinkan.
Kementerian Pendidikan Prancis mengatakan banyak siswa yang juga belum masuk ke sekolah karena kekhawatiran kesehatan secara luas. Berdasarkan data, hanya 1,8 juta murid sekolah dasar dari total 6,7 juta yang ada di negara itu telah kembali ke sekolah.
Demikian dengan siswa di sekolah menengah di Prancis, yang dilaporkan hanya 600.000 dari total 3,3 juta yang telah kembali bersekolah. Presiden Emmanuel Macron pada pekan lalu mengumumkan pembukaan sekolah secara bertahap dilakukan dan seluruh murid diwajibkan mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa.
Meski demikian sejumlah protokol kesehatan yang ketat diberlakukan, di sekolah dasar, aturan jarak fisik yaitu satu meter direkomendasikan kepada seluruh siswa, sementara di sekolah menengah, siswa diminta mengenakan masker. Juru bicara Pemerintah Prancis Sibeth Ndiaye mengatakan para orang tua harus yakin bahwa anak-anak dapat bersekolah kembali dengan aman. Menteri Pendidikan Jean-Michel Blanquer berharap sekolah dapat kembali sepenuhnya sebelum liburan musim panas tahun ini,
Bagi banyak orang tua, yang harus berusaha mendampingi anak-anak mereka di melakukan kegiatan belajar di rumah, pembukaan kembali sekolah menjadi sesuatu yang melegakan. Tak sedikit yang menilai bahwa kondisi tersebut sangat sulit, terlebih bagi orang tua yang juga tetap harus bekerja.
"Di rumah menjadi kondisi yang rumit selama tiga bulan," kata Ghyslain Tinarage, seorang ayah dari dua anak berusia 10 dan 11 tahun, yang bersekolah di Haute-Garonne.
Tinarage mengatakan anak-anak lebih baik belajar di sekolah dengan teman-teman mereka. Namun, terlepas dari upaya pihak berwenang untuk meyakinkan orang tua bahwa kegiatan akan berlangsung aman, banyak keluarga lainnya yang tetap khawatir dan berencana untuk tidak mengizinkan anak-anak mereka untuk kembali bersekolah pada Senin (14/6).
Sementara, Macron menyatakan bahwa kembali ke sekolah adalah wajib, Kementerian Pendidikan Prancis menyiratkan bahwa tidak akan ada hukuman yang dikenakan terhadap keluarga yang menolak untuk mengirim anak-anak mereka kembali ke kelas sebelum liburan musim panas ini.