REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Keponakan Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Saeb Erakat, yakni Ahmad Erakat (27 tahun), dilaporkan tewas ditembak tentara Israel. Penembakan terjadi di sebuah pos pemeriksaan di Tepi Barat yang diduduki pada Selasa (23/6) waktu setempat.
Seorang juru bicara kepolisian mengatakan, polisi perbatasan menembak dan membunuh seorang tersangka yang berusaha menabrak petugas wanita di tempat yang biasa dikenal sebagai 'Tempat Pemeriksaan Kontainer' di desa Palestina di Abu Dis, sebelah timur Yerusalem. Seorang perwira Israel terluka ringan dalam insiden itu.
Namun Saeb Erakat menolak tudingan tersebut. Menurut dia, keponakannya ditembak karena berupaya mencegah serangan yang dilancarkan Israel.
"Apa yang diklaim tentara Israel bahwa dia mencoba menabrak seseorang itu bohong. Ia terbunuh dengan darah dingin dan malam ini pernikahan saudara perempuannya," kata Saeb dilansir Palestine Monitor, Rabu (24/6).
Dia menambahkan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertanggung jawab atas kejahatan ini. Pejabat senior Palestina Hanan Ashrawi mendesak masyarakat internasional untuk mengambil langkah konkret meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatan mereka.
"Kehidupan Palestina itu penting," tulis Ashrawi, mengenang nama-nama warga Palestina lain yang telah dibunuh di tangan tentara Israel. Termasuk polisi bulan lalu yang membunuh seorang pria Palestina yang tidak bersenjata dan autis di Yerusalem, Iyad Hallaq.
Ashrawi juga menilai Israel berusaha memfitnah Ahmad dengan menyatakan memaafkan pembunuhannya. Baginya, itu adalah bagian dari pola tragis yang lazim. "Di mana Israel terbiasa menggunakan dalih palsu untuk membenarkan pembunuhan orang-orang Palestina dengan menggunakan tentaranya," ungkapnya.
Sumber dari keluarga Ahmad Erakat mengatakan pernikahan saudara perempuannya dijadwalkan pada hari itu. Ahmad melakukan perjalanan ke Betlehem untuk membawa ibu dan saudara perempuannya dari salon kecantikan di kota. Bahkan Ahmad juga akan melangsung pernikahan akhir pekan ini.
Direktur Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina di Betlehem mengonfirmasi seorang tentara mencegah personel medis Palestina untuk mendekati tubuh Ahmad sehingga dibiarkan berdarah.
Ketegangan meningkat dalam beberapa pekan terakhir setelah kabinet Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjadwalkan 1 Juli untuk mulai membahas pencaplokan Tepi Barat, wilayah yang direbut Israel dalam perang 1967. Palestina dengan keras menentang rencana aneksasi, termasuk juga beberapa negara lain.