Ahad 28 Jun 2020 14:32 WIB

NSA Ungkap Cara Partai Komunis China Taklukan AS dan Dunia

O'Brien menyamakan Presiden Xi Jinping seperti diktator Rusia, Joseph Stalin.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Partai Komunis China (ilustrasi).
Partai Komunis China (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- National Security Advisor (NSA) atau Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Robert O'Brien membandingkan Presiden China Xi Jinping dengan diktator brutal Rusia, Joseph Stalin yang kebijakannya membunuh jutaan orang. Pernyataan O'Brien ini dinilai serangan paling tajam pemerintahan Trump terhadap pemerintah China.

O'Brien memperingatkan bahwa Partai Komunis China tengah mencari pengaruh atas individu Amerika melalui propaganda dan pengumpulan data pribadi lewat perusahaan-perusahaan besar China yang melakukan investasi besar-besaran.

Baca Juga

Robert O'brien mengatakan, upaya China untuk mengendalikan pikiran orang-orang yang tinggal di luar perbatasan tengah berlangsung. Partai Komunis China, kata dia, menggunakan perdagangan untuk memaksa kepatuhan dari negara lain.

NSA, dalam makalahnya yang diakses oleh Hindustan Times, telah menjelaskan struktur intelijen Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) dan penggunaan propaganda sebagai alat di negara-negara demokratis. Ini adalah sebuah bukti yang kini diakui dunia di AS, Australia, Kanada, dan Brasil.

O'Brien mengatakan, pemerintahan Trump telah mulai mengambil langkah korektif dan menguraikan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah untuk mengekang pengaruh China di AS. Tetapi dia menggarisbawahi bahwa ini hanyalah permulaan.

Dalam pidatonya kepada sekelompok orang di Phoenix, Arizona, O'Brien menggarisbawahi bahwa benar-benar tidak ada perbedaan antara perusahaan besar China dan partai komunis yang berkuasa di Beijing.

"Partai Komunis China (PKC) mencari kontrol penuh atas kehidupan rakyat. Ini berarti kontrol ekonomi, itu berarti kontrol politik, itu berarti kontrol fisik, dan, mungkin yang paling penting, itu berarti kontrol pikiran," katanya, menurut transkrip yang dikeluarkan oleh Gedung Putih dikutip Hindustan Times, Ahad.

O'Brien merujuk pada analisis oleh pejabat Australia bahwa dalam undang-undang klasik China yang mengatakan ada dua alat untuk mendapatkan dan mempertahankan kontrol. Pertama adalah 'wu', senjata dan kekerasan, dan yang kedua adalah 'wen', bahasa dan budaya.

Para pemimpin China selalu meyakini bahwa kekuasaan berasal dari penguasaan baik medan perang fisik maupun ranah budaya. NSA juga mengutip beberapa contoh ketika China, di samping propaganda, menggunakan perdagangan untuk memaksa kepatuhan perintahnya.

Seperti ketika Australia menyerukan penyelidikan independen terhadap asal usul virus Corona tipe baru atau Covid-19, yang kemudian PKC mengancam akan berhenti membeli produk pertanian Australia.

O'Brien menambahkan bahwa jangkauan China meluas ke kepala organisasi internasional yang bukan China. China, kata dia, memimpin empat dari 15 badan khusus PBB. Jumlah itu lebih dari AS, Inggris, Prancis dan Rusia, anggota lain dari anggota tetap Dewan Keamanan PBB, digabungkan.

Dia menuduh China menggunakan para pemimpin ini untuk memaksa badan-badan internasional memasang peralatan telekomunikasi China di fasilitas mereka.

Semisal, karena Zhao Houlin dari International Telecommunications Union mengambil jabatannya, ia mulai secara agresif mempromosikan penjualan Huawei. Sekretaris Jenderal Fang Liu dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional telah memblokir partisipasi Taiwan dalam pertemuan-pertemuan Majelis Umum dan menutupi peretasan organisasi China.

PKC telah menggunakan keanggotaan China di Dewan HAM PBB untuk mencegah kritik atas pelanggarannya di Xinjiang dan Hong Kong.

Lantas bagaimana strategi PKC dapat menyentuh kehidupan orang Amerika? O'Brien mengatakan PKC sedang mengumpulkan data paling intim. "Tindakan Anda, pembelian Anda, keberadaan Anda, catatan kesehatan Anda, posting media sosial Anda, teks Anda, dan pemetaan jaringan Anda teman, keluarga, dan kenalan dicatat."

Menurutnya, PKC mencapai tujuan ini, sebagian, dengan mensubsidi perangkat keras, perangkat lunak, telekomunikasi, dan bahkan perusahaan genetika. Akibatnya, perusahaan seperti Huawei dan ZTE memotong harga pesaing dan memasang peralatan mereka di seluruh dunia.

"Mengapa mereka melakukannya? Karena ini bukan keuntungan perangkat keras atau perangkat lunak telekomunikasi setelah PKC, ini adalah data Anda. Mereka menggunakan "pintu belakang" yang dibangun ke dalam produk untuk mendapatkan data itu," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement