Sabtu 04 Jul 2020 18:27 WIB

Itera Tambah 12 Pusat Riset dan Inovasi

Pusat riset dan inovasi merupakan misi Itera menjalankan program Itera for Sumatra.

Rep:  Mursalin Yasland/ Red: Agus Yulianto
Rektor Institut Teknologi Sumatera Ofyar Z Tamin
Foto: Dok. Humas Itera
Rektor Institut Teknologi Sumatera Ofyar Z Tamin

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Institut Teknologi Sumatera (Itera) menambah lagi 12 pusat riset dan inovasi. Saat ini, pusat riset dan inovasi Itera berjumlah 14 itu akan mendukung program tri dharma perguruan tinggi bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat guna menjawab permasalahan-permasalahan di Pulau Sumatra.

Ke 12 pusat riset dan inovasi yang telah diresmikan pada Kamis (2/7)  tersebut,  yakni mitigasi bencana dan deteksi dini kebakaran hutan, infrastruktur berkelanjutan, kecerdasan buatan, lingkungan hidup dan sanitasi, teknologi  membran nano, big data, wisata geopark global dan wisata langit, material hayati dan material alami.

Selanjutnya, pusat riset dan inovasi prediksi dan pemodelan risiko bahaya dan bencana, material maju, teknologi kebumian dan mineral, konservasi dan energi terbarukan. Sementara dua pusat riset dan inovasi yang telah berdiri perkeretaapian, dan ilmu informasi geospasial.

Rektor Itera Ofyar Z Tamin mengatakan, pendirian pusat riset dan inovasi tersebut merupakan misi Itera dalam menjalankan program Itera for Sumatra, yaitu dengan menciptakan pusat-pusat ilmu pengetahuan dan teknologi baru di Sumatra.

"Selama ini, pusat-pusat tersebut sebagian besar ada di Pulau Jawa, sehingga mahasiswa asal Sumatra, harus berkuliah ke Pulau Jawa, dan sebagian tidak kembali," katanya dalam keterangan persnya yang diterima Republika.co.id, Sabtu (4/7).

Menurutnya, peresmian pusat riset dan inovasi Itera  menjadi wujud semangat baru kampusnya, yang kini telah memasuki tatanan normal baru (new normal) sejak 8 Juni 2020 di tengah pandemi Covid-19.

Pusat riset yang dibentuk Itera, ujar dia, akan menjawab permasalahan-permasalahan yang ada di Sumatrra. Seperti pusat riset yang secara khusus mengkaji bidang mitigasi bencana dan deteksi dini kebakaran hutan yang memang dibutuhkan di Sumatra, hingga bidang kecerdasan buatan.

“Sebagian besar wilayah Sumatra adalah zona rawan bencana, karena masuk dalam Ring of Fire, sehingga potensi bencana gempa bumi, tsunami dan gunung meletus menjadi ancaman serius. Untuk itu dibutuhkan kajian khusus seputar mitigasinya. Selain itu kebakaran hutan juga menjadi masalah di Sumatra yang perlu dipecahkan,” ujar Rektor.

Selain menjadi tempat untuk menghasilkan penelitian yang dibutuhkan Sumatra, pusat riset dan inovasi Itera diharapkan menjadi tempat untuk meningkatkan kualitas dosen Itera. “Para dosen akan melaksanakan penelitian dan menghasilkan jurnal-jurnal nasional, bahkan internasional dan menjawab apa yang menjadi kebutuhan Sumatra.”

Ke depan pusat riset yang ada, akan menjadi tempat yang memfasilitasi kolaborasi riset tidak hanya antardosen Itera dari berbagai program studi, dan juga antardosen dari perguruan tinggi lain baik nasional, atau bahkan antar perguruan tinggi internasional. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement