Senin 06 Jul 2020 07:12 WIB

Indonesia Bermutu: Semua Guru Penggerak Mutu Pendidikan

Pemerintah seharusnya fokus pada pembinaan mutu guru secara mendasar dan holistik.

Suasana Sawala Raya Indonesia Bermutu yang digelar secara virtual, Ahad (5/7).
Foto: Dok IB
Suasana Sawala Raya Indonesia Bermutu yang digelar secara virtual, Ahad (5/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberhasilan kebijakan dan program di bidang pendidikan seperti merdeka belajar dan guru penggerak akan mampu meningkatkan mutu pendidikan jika guru bermutu, pembelajaran dan penilaian efektif, bermakna, dan bermanfaat.

Demikian salah satu simpulan Sawala Raya Indonesia Bermutu, Ahad (5/7)  yang dibacakan Suprananto, dosen UIN Jakarta. Sawala  yang diikuti lebih 600 peserta dari 19 provinsi ini menghadirkan Burhanuddin Tola, guru besar UNJ;  Hari Setiadi, kepala Pusat Penilaian Pendidikan, 2011-2013;  Awaluddin Tjalla, kepala Pusat Kurikulum dan Pendidikan 2016-2020;  dan Heru Widiatmo, peneliti Indonesia Bermutu.

“Indonesia Bermutu berkomitmen untuk terus menginpsirasi dan memberi solusi bagi berbagai ikhtiar peningkatan mutu pendidikan, termasuk kritis sekaligus kooperatif terhadap program dan kebijakan pendidikan, " ungkap Jaka Warsihna, ketua umum Indonesia Bermutu saat membuka Sawala yang digelar secara virtual. 

Senada dengan Jaka, Afrizal Sinaro, sekum IB mengatakan Sawala akan digelar secara periodik sebagai ajang berpikir bernas terhadap berbagai isu strategis pendidikan. "Antusiasme peserta dari Sabang sampai Merauke menunjukkan mereka membutuhkan gagasan-gagasan out of the box dari Indonesia Bermutu," ungkap Afrizal yang sehari-hari sebagai ketua Perguruan Al Iman, dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Burhanuddin Tola meminta pemerintah berhati-hati dalam menggunakan istilah yang berpotensi mengusik hati nurani guru. Bagi Burhan, semua guru adalah penggerak mutu pendidikan. "Pemerintah seharusnya fokus pada pembinaan mutu guru secara mendasar dan holistik bukan pada melabeli sebagian guru sebagai guru penggerak. Hati-hati istilah ini berpotensi memecah-belah guru," kata Burhan.

Untuk itu menurut Burhan, guru perlu diberi otoritas penuh dalam mengelola pembelajaran dan penilaian serta terus diberi pertolongan.  “Bukan dibingungkan dengan berbagai tumpang tindih edaran dan regulasi,” ujarnya.

Masih menurut Burhan, menyalahkan guru karena dangkalnya mutu pendidikan kita adalah tabiat tidak elok. "Kita semua bertanggung jawab untuk meningkatkan marwah pendidikan Indonesia," pungkas Burhan. 

Awaluddin Tjalla menyoroti pentingnya perubahan paradigma para pihak pemangku dan pelaku pendidikan dalam menyikapi perubahan yang sangat cepat dan dinamis. Awal, panggilan akrabnya,  meyakini kurikulum yang sederhana, luwes, dan berpusat pada murid akan mudah dipahami dan diimplementasikan oleh guru sehingga sikap, pengetahuan, dan skill guru dan murid akan semakin cepat bergerak menjadi lebih baik.

Untuk menjadikan semua guru penggerak, Heru mengingatkan agar guru dan murid tidak dipaksa melakukan sesuatu yang tidak penting dan tidak berguna bagi perkembangan potensi murid. Senada dengan Heru, Hari mengharapkan pemerintah  lebih fokus pada aksi nyata untuk menggerakkan semua guru,  bukan pada jargon-jargon yang multitafsir dan membingungkan. 

Menutup Sawala, Zulfikri Anas, pembina IB mengingatkan Indonesia yang bermutu lahir dari pendidikan bermutu, pendidikan bermutu hadir dari guru bermutu.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement