jatimnow.com - Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menyediakan sekitar 7.000 rapid test kit untuk memfasilitasi peserta Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang belum bisa menunjukkan hasil rapid test.
Rektor Unair Prof Mohammad Nasih mengatakan, rapid test kit tersebut disediakan sebagai upaya untuk memfasilitasi peserta yang kesulitan mendapatkan layanan tes tersebut di daerahnya.
"Sekarang ini sudah ada 6.500 sampai 7.000 rapid test kit. Tidak hanya untuk Unair, nanti kami distribusikan ke ITS, UPN dan mitra pusat UTBK di Surabaya yang membutuhkan kit ini," ujar Prof Nasih saat memantau langsung berlangsungnya UTBK di Unair, Minggu (5/7/2020).
Ribuan rapid test kit tersebut merupakan bantuan dari berbagai mitra, mulai dari dosen, manajemen, puskesmas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur hingga Badan Intelijen Negara (BIN).
"Kami begitu mendengar surat dari Ibu Wali Kota (Surabaya), di bawah koordinasi dengan berbagai pihak termasuk para pimpinan daerah dan alhamdulillah beberapa pimpinan daerah langsung merespon," tutur Nasih.
Baca juga:
- Pemkot Surabaya Wajibkan Peserta UTBK SBMPTN 2020 Rapid Test
- Peserta UTBK Wajib Rapid Test, Unair: Kami Sudah Tegakkan Protokol
- Kewajiban Rapid Test di UTBK Disebut Tak Perhatikan Ekonomi Peserta
- Risma Wajibkan Peserta UTBK Rapid Test, Ini Reaksi Rektor Unair
Prof Nasih mengapresiasi pemda-pemda yang langsung merespon koordinasi tersebut, sebagai upaya untuk mencari solusi atas Surat Walikota Surabaya Nomor 421.4/5853/436.8.4/2020 perihal Pelaksanaan UTBK-SBMPTN Tahun 2020 pada 2 Juli 2020.
Dalam surat itu disebut bahwa semua peserta UTBK pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2020 di Surabaya harus menyertakan bukti hasil rapid test atau swab.
"Memang Pemda tidak nyumbang rapid test-nya ke sini, tapi memberikan pelayanan langsung di lokasi masing-masing dan kemudian membebaskan biayanya," terangnya.
Baginya yang terpenting UTBK itu harus berlangsung. Sebab menyangkut masa depan dari para lulusan SLTA dan kepastian belajar kuliahnya.
"Harus sudah dipastikan waktu satu semester itu sungguh sangat berharga, sehingga kalau misalnya ada satu pusat UTBK yang batal itu akan merugikan semua pihak. Caranya kami berikhtiar sungguh-sungguh, wes emboh yoo opo carane (entah bagaimana caranya) yang penting kita ini bisa berjalan dengan baik dan para peserta tidak dirugikan oleh kondisi yang ada," tegasnya.
Di hari pertama, ada 60 peserta UTBK di Unair yang mendapatkan rapid test gratis, yaitu dua lokasi Kampus B dan C pada sesi pertama. Dari jumlah itu, belum ada temuan peserta yang reaktif.
"Kalau satu hari bisa 100-200 peserta, kami optimis bisa melayani rapid test untuk peserta UTBK yang kesulitan ini," ungkap Prof Nasih.
Menurut Nasih, tes cepat sifatnya sama dengan hasil pengecekan suhu badan. Jika suhu badan peserta UTBK diatas 37,5 dan hasil tes cepat reaktif maka harus diteruskan dengan tes swab.
Akan tetapi Unair tidak menyediakan layanan tes swab. Sehingga peserta bisa langsung mengirimkan pemberitahuan ke Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 kabupaten atau kota asalnya.
"Kalau hasil swab PCR negatif bisa ikut ujian di sesi berikutnya, sepanjang masih ada waktu. Kalau positif Covid-19, dinyatakan sakit tidak bisa ikut UTBK (harus penyembuhan)," ujarnya.
Unair juga menyarankan, peserta yang reaktif rapid test segera mengirimkan hasil tes swab sebelum 20 Juli 2020. Sebab gelombang kedua UTBK akan digelar pada 20-29 Juli 2020.