REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Komisioner Badan Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat (FDA), Dr Stephen Hahn, meragukan prediksi Presiden Donald Trump bahwa vaksin Covid-19 akan siap tahun ini, Ahad (5/7). Menurutnya, pengembangan vaksin akan didasarkan pada data dan sains.
"Saya tidak dapat memprediksi kapan vaksin akan tersedia," kata Dr Hahn, dikutip dari BBC.
Dr Hanh menyatakan, perkembangan pembuatan vaksin memang berjalan sangat cepat, hanya saja untuk tersedia bagi masyarakat luas tidak akan dapat dilakukan dalam waktu cepat. "Kami melihat kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk pengembangan vaksin", tetapi tidak menguraikan jadwal waktu untuk ketersediaannya," ujarnya.
Pernyataan anggota gugus tugas virus corona Gedung Putih itu menjadi sanggahan bagi klaim Presiden Trump yang menyatakan solusi vaksin untuk pandemi akan siap jauh sebelum akhir tahun. Sebelumnya, Trump menyampaikan pernyataan tentang vaksin tersebut pada Hari Kemerdekaan di Gedung Putih. "Kami mungkin akan memiliki solusi terapi dan atau vaksin jauh sebelum akhir tahun ini," ujar Trump.
Presiden dikritik karena komentarnya tentang vaksin dan perawatan selama epidemi yang telah merenggut nyawa hampir 130.000 orang di AS. Dalam beberapa hari terakhir, infeksi telah meningkat pada tingkat rekor di negara-negara bagian barat dan selatan, menjadikan totalnya lebih dari 2,8 juta orang di seluruh AS.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, memperingatkan pada Juni bahwa para ilmuwan mungkin tidak akan pernah bisa membuat vaksin yang efektif melawan virus corona. "Perkiraannya adalah kita mungkin memiliki vaksin dalam satu tahun. Jika dipercepat, bisa jadi bahkan kurang dari itu, tetapi dalam beberapa bulan. Itulah yang dikatakan para ilmuwan," ujarnya.
Para ahli lain bahkan telah menyarankan vaksin Covid-19 tidak akan tersedia sampai setidaknya pertengahan 2021. Prediksi itu sesuai dengan kondisi vaksin yang biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dikembangkan.
Ada sekitar 120 program vaksin virus corona jenis baru yang saat ini sedang berjalan. Universitas Oxford dan Imperial College London keduanya memulai uji coba pada manusia.