Senin 06 Jul 2020 18:58 WIB

DPR Dukung Inovasi PGN Jadi Agregator Gas

PGN harus membuat terobosan membuka peluang bisnis baru pada sektor gas di Tanah Air

Rep: intan pratiwi/ Red: Hiru Muhammad
Karyawan memeriksa jaringan pipa gas milik PGN.
Foto: PGN
Karyawan memeriksa jaringan pipa gas milik PGN.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Komisi VII DPR mendorong PT Perusahaan Gas Negara (PGN) melakukan inovasi bisnis pada kegiatan penyaluran gas, hal ini untuk memperkuat perannya sebagai agregator gas nasional.

Anggota Komisi VII DPR Ridwan Hisjam mengatakan, sebagai agregator gas PGN harus membuat terobosan untuk membuka peluang bisnis baru pada sektor gas di tanah air "PGN harus melakukan terobosan dibidang gas tidak lagi tradisonal melakukan kegiatan selama ini," kata Ridwan, saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR dengan Direksi PGN, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (6/7).

Ridwan mencontohkan terobosan yang bisa dilakukan PGN adalah dengan mengolah gas bumi menjadi bahan baku Liquified Petroleum Gas (LPG). Dia memandang, jika PGN mampu menggarap gagasan tersebut akan membawa dampak positif bagi negara. Pasalnya, subsidi kebutuhan LPG semakin meningkat, subsidi LPG pun terus bertambah."kita menaikan volume LPG 3 Kg 7,5 juta m3 dari 7 juta. kalau tidak salah kenaikannya subsidinya Rp 2 triliun total Rp 5 triliun," tutur Ridwan.

Menurutnya, PGN juga bisa memperluas jangkauan penyaluran gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG) dengan iso tank atau truck pembawa gas.

Pimpinan RDP komisi VII DPR dengan PGN Ramson Siagian mengungkapkan, dalam meningkatkan pemanfaatan gas, PGN bisa bekerjasama dengan PLN untuk membangun pembangkit tenaga gas skala kecil. "PGN Bisa bekerjasama dengan PLN membangun pembangki small scale, gasnya disuplai dari PGN," tuturnya.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PGN Suko Hartono menjawab masukan DPR tersebut, menurutnya PGN telah memiliki rencana pengembangan bisnis ke industri petrokimia dengan melakukan hilirisasi gas dari methanol menjadi Dimethil Ether (DME), produk hilirisasi gas ini bisa menjadi bahan baku pengganti LPG yang sebagian besar masih impor. PGN pun telah melakukan studi untuk merealisasikan rencana tersebut diperkirakan pada 2022 atau 2023 telah rampung. "Kemudian amonia dan turunannya kami batasi portofolio 5—15 persen karena itu bukan bisnis kami, itu bisnis kerja sama dengan subholding kilang, kami melihat kami bisa meningkatkan volume dan kami tahu bisnis di hilir. Jadi kami masuk portofolio hilir di petrochemic, di methanol dan DME karena itu bisa gantikan LPG," paparnya.

Inovasi lainnya adalah memperluas penyaluran gas ke konsumen rumah tangga di wilayah yang belum terdapat jaringan pipa gas, dengan menggunakan LNG yang dibawah ISO tank, proyek ini akan dikerjasamakan dengan badan usaha swasta atau pengembang.

PGN juga akan mengembangkan bisnis pengadaan internet dengan memanfaatkan jaringan gas bumi untuk memasang kabel fiber optik."Kami punya anak perusahaan PGASCom kami pasang jaringan pipa pakai fiber optik untuk kontrol laju arus dsb, kami pasang LNG storage depan perumahan kami pasang infrasturkur pipa sekalian monitoring fiber optik, tapi ternyata bisnsi ini luar biasa kami bisa lakukan tambahan menjual produk internet data dan televisi nanti muncul produk gasnet jualan gas bonus internet dan TV," paparnya.

Suko mengharapkan, dalam menjalankan peran sebagai agregator gas PGN masih memerlukan kepastian pasokan gas baik dari sumur gas atau LNG. Padahal, jika sudah ada kepastian penyerap gas akan membuat kegiatan pencarian gas bergairah karena sudah ada kepastian pembeli gas."Jaminan suplai dari sumur gas yang ada dan LNG, dari hulu ada kepastian setelah melakukan eksplorasi ada pembelinya holding gas PGN itu konsepnya perlu dukungan pemerintah itu menjadi penting," tuturnya.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement