REPUBLIKA.CO.ID, CALAIS -- Pasukan polisi membongkar kamp pengungsian darurat di pelabuhan Calais, Prancis utara pada Jumat (10/7), pemindahan ratusan migran dalam salah satu operasi terbesar dalam beberapa bulan terakhir. Sejak pelonggaran penguncian (lockdown) Covid-19 dan dibukanya kembali perbatasan dengan Uni Eropa, para migran mulai beramai-ramai kembali ke Calais.
Mereka berharap dapat mencapai Inggris melalui Channel Tunnel. Channel Tunnel, juga disebut sebagai Chunnel, adalah terowongan kereta api sepanjang 50,45 kilometer yang menghubungkan Folkestone dengan Coquelles, di bawah Selat Inggris di Selat Dover. Ini adalah satu-satunya penghubung tetap antara pulau Britania Raya dan daratan Eropa.
Pada Jumat (10/7) sekitar 519 orang yang tinggal di kamp tersebut diangkut ke bus untuk dipindahkan ke berbagai pusat penampungan. Sementara, 20 migran lainnya yang bermasalah dengan status imigrasi ditahan dan dibawa ke pusat penahanan, menurut otoritas setempat melalui pernyataan.
Pembongkaran dimulai sekitar pukul 5 pagi waktu setempat dan selesai pada siang hari. Menurut petugas, proses pembongkaran berjalan aman.
Berdasarkan keterangan badan amal yang membantu para pengungsi, terdapat sekitar 1.200 migran di Calais, terutama dari Sudan, Eritrea, Afghanistan dan Iran.
Sejak pembongkaran besar-besaran "Calais Jungle" pada 2016, tempat 9.000 orang mengungsi, para migran kini tersebar di beberapa kamp, kebanyakan di pinggiran Calais.