Sabtu 11 Jul 2020 21:35 WIB

Pengamat: Munculnya Klaster Secapa AD Jadi Warning

Sekolah-sekolah militer lain diminta mengetatkan protokol kesehatan.

Lebih dari 1.200 siswa Secapa AD di Bandung, Jabar, terdeteksi positif Covid-19. Masyarakat di sekitar kawasan Secapa AD akan menjadi tes cepat sebagai upaya deteksi penyebaran Covid-19.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Lebih dari 1.200 siswa Secapa AD di Bandung, Jabar, terdeteksi positif Covid-19. Masyarakat di sekitar kawasan Secapa AD akan menjadi tes cepat sebagai upaya deteksi penyebaran Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat intelijen, pertahanan, dan keamanan Ngasiman Djoyonegoro mengatakan, bahwa Sekolah Calon Perwira TNI Angkatan Darat (Secapa AD) yang menjadi klaster baru Covid-19 merupakan peringatan untuk memperketat protokol kesehatan di tengah normal baru. Sekolah-sekolah militer lain pun diminta mengetatkan protokol kesehatan.

"Ini jelas warning, ya. Artinya, meski sekarang diberlakukan new normal, protokol kesehatan harus tetap diperhatikan," kata Ngasiman Djoyonegoro melalui pernyataan tertulis di Jakarta, Sabtu (11/7).

Baca Juga

Secapa AD di Bandung menjadi klaster baru virus Covid-19 setelah sebanyak 1.262 siswa dan pengajar tertular virus tersebut. Jika Secapa AD saja bisa menjadi klaster baru, kata Siman, sapaan akrab Ngadiman, potensi di sekolah-sekolah lain juga cukup tinggi.

"Secapa AD yang punya kedisiplinan tinggi bisa jadi kluster baru, gimana dengan sekolah yang lain?" kata Direktur Eksekutif Center of Intelligence and Strategic Studies (CISS) itu.

Oleh karena itu, Siman berharap sekolah-sekolah di bidang angkatan lainnya, seperti Secapa Sesko dan Sespimti, sebaiknya harus memperketat protokol kesehatannya. Bahkan, kata dia, seharusnya diberlakukan secara daring saja seperti sekolah-sekolah lain pada umumnya.

Menurut Simon, para pimpinan harus melihat bahwa klaster baru Secapa AD harus menjadi pelajaran penting untuk mengantisipasi agar jangan sampai ada muncul klaster-klaster berikutnya karena inti normal baru adalah memulai dengan cara-cara yang baru, bukan dengan cara seperti semula.

"Inti new normal bahwa kita harus mulai cara-cara baru dalam berkehidupan, bukan menjadikan semuanya normal kembali. Artinya, new normal harus menjadi adaptasi kebiasaan baru," katanya menerangkan.

Untuk itu, para pimpinan harus memberikan contoh soal adaptasi kebiasaan baru tersebut, misalnya dengan menggelar sekolah daring sambil menunggu situasi Covid-19 kondusif.

"Para pimpinan harus memberikan contoh, termasuk sekolah daring perlu digelar sebagai solusi," katanya.

Kalaupun harus digelar sekolah tatap muka, lanjut dia, harus ada protokol khusus. Misalnya, siswa dengan usia berapa di bawah 45 tahun tatap muka, sementara yang usia di atas 45 tahun melalui daring.

"Faktor usia juga penting sebagai protokol khusus. Kalau sekolah yang usianya 45 ke atas, kegiatan fisiknya terbatas atau malah fokusnya klasikal, ya, sebaiknya daring saja," kata Siman menegaskan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement