REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejak awal 2020, pasar modal mengalami penurunan yang signifikan akibat terhambatnya aktivitas ekonomi global oleh pandemi Covid-19. Namun, industri reksa dana khususnya reksa dana pasar uang dan pendapatan tetap diperkirakan akan terus berkembang pada kuartal III hingga akhir 2020.
Pada semester pertama 2020, ekonomi Indonesia terkontraksi akibat tertundanya investasi pada sektor riil. Ditambah pula permintaan secara domestik turun cukup drastis karena Covid-19. Pasar keuangan terkena dampaknya.
Presiden Direktur Sucor Asset Management Jemmy Paul Wawointana menyampaikan, ekonomi secara global akan pulih secara bertahap atau membentuk U-shape dimulai pada kuartal ketiga ini.
Hal ini terlihat dari mulai meningkatnya aktivitas manufaktur beberapa negara Asia serta mulai pulihnya harga minyak. Meskipun, permintaan masih terbatas. Melihat hal ini, ia masih optimistis fundamental ekonomi Indonesia cukup baik.
Dari sisi pasar saham, Indonesia menawarkan potensi imbal hasil cukup menarik bagi investor asing. "PE (Price to Earning) ratio rata-rata saat ini cukup murah di level 12,4 per 10 Juli 2020, ditambah komitmen Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan moneter dan mata uang rupiah," ujar Jemmy dalam acara diskusi BizInsight online yang diadakan oleh Bank Commonwealth, Selasa (14/7).
Dengan kondisi saat ini, Jemmy optimistis reksa dana akan menjadi primadona investasi ke depannya. Menurutnya, industri reksa dana masih akan terus berkembang. Hal itu melihat tren pertumbuhan jumlah investor baru yang semakin meningkat dan bertambah meleknya masyarakat terhadap produk-produk reksa dana, terutama pada kalangan milenial.
Meski demikian, masih ada berbagai tekanan sentimen negatif yang masih melanda pasar baik dari domestik maupun eksternal. Ia memperkirakan pertumbuhan industri reksa dana mencapai single digit di tahun ini.
Menurut Jemmy, pasar modal dikenal sebagai salah satu leading economic indicator sehingga pergerakan pasar modal cenderung akan mengikuti perubahan pandangan dan ekspektasi pada pertumbuhan ekonomi dan bisnis ke depannya. Di sisi lain, Jemmy menambahkan, pertumbuhan NAB (Nilai Aktiva Bersih) reksa dana seperti pasar uang dan pendapatan tetap masih tinggi.
"Dalam kondisi pasar saat ini investor cenderung beralih ke reksa dana dengan profil risiko yang konservatif,” kata Jemmy.