REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rasulullah SAW teladan di berbagai aspek kehidupan bagi umat Islam, tak terkecuali dari aspek dalam mendapatkan dan mengelola ekonomi sehingga beliau dikenal sebagai pribadi yang kaya baik secara hati dan finansial. Lantas dari mana saja sumber-sumber pendapatan Nabi?
Dalam buku Harta Nabi karya Abdul Fattah As-Saman dijabarkan tentang sumber-sumber pendapatan Rasulullah SAW. Sebagaimana dikenal dalam berbagai kitab-kitab sirah Nabi, Rasulullah sedari kecil memang menggeluti dunia perdagangan. Beliau juga kerap menggembala domba.
Adapun dalam kiprah beliau mencari sumber-sumber pendapatan, Rasululullah melakukan perniagaan. Kedua, Rasulullah melanjutkan profesi sebagai pedagang meski telah diangkat menjadi Rasul. Ketiga, warisan Rasulullah dari kedua orang tuanya, dan keempat warisan dari Khadijah (bukan berarti Rasulullah menikahi Khadijah tanpa membawa harta kekayaan).
Adapun sumber pendapatan kelima adalah dari al-anfal (harta bergerak) dan ghanimah (harta rampasan perang), hingga tanah.
Kelima, yakni berasal dari fa’i (yaitu segala harta kekayaan orang-orang kafir yang dikuasai oleh kaum Muslimin tanpa peperangan). Keenam, berasal dari ash-shafi (kewenangan Rasulullah menyeleksi ghanimah sebelum pembagian).
Ketujuh, berasal dari hadiah-hadiah dari para penguasa, sahabat, dan pihak-pihak lainnya. Kedelapan, berasal dari bagian Rasulullah sebagai mujahid. Kesembilan, karakteristik Rasulullah dalam rezeki misalnya tentang bagaimana mukjizat-mukjizat yang berkaitan dengan makanan dan minuman serta mukjizat bagaimana Rasulullah dapat mengenyangkan orang lain tanpa makan.
Kesepuluh, sumber-sumber pendapatan Rasulullah yang tidak beliau manfaatkan. Di antara sumber-sumber pendapatan yang belum beliau manfaatkan adalah gunung emas. Tak hanya itu, menjelang wafat, Rasulullah SAW mendapat tawaran untuk memegang kunci-kunci gudang dunia dan keabadian.