Jumat 17 Jul 2020 21:29 WIB

UNS Solo Rekomendasikan Barter di Pasar Tradisional

Sistem Barter dinilai bisa menghidupkan pasar tradisional di masa pandemi Covid-19

Red: Nur Aini
Salah satu sudut pasar tradisional (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Salah satu sudut pasar tradisional (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta merekomendasikan penerapan sistem barter atau bertukar barang sebagai upaya untuk tetap menghidupkan pasar tradisional di masa pandemi Covid-19.

"Dasar dari konsep ini adalah ketika transaksi berkurang karena krisis Covid-19 dan jumlah uang beredar adalah tetap, maka agar tidak terjadi inflasi yang harus dilakukan adalah mengurangi kecepatan uang berpindah tangan," kata salah satu anggota tim riset dari UNS Intan Novela Qurrotul Aini di Solo, Jumat (17/7).

Baca Juga

Dosen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNS tersebut mengatakan konsep ini penting dilakukan menyusul menurunnya transaksi ekonomi akibat pembatasan sosial yang diterapkan di awal Maret 2020 lalu karena pandemi Covid-19.

"Banyak pedagang khususnya di pasar tradisional yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya karena pendapatan mereka turun drastis. Data dari Dinas Perdagangan Kota Surakarta di bulan Mei 2020, transaksi di Kota Solo menurun terus antara 30-90 persen sesuai jenis komoditas," katanya.

Ia mengatakan konsep barter sendiri sudah mulai diterapkan pada sebagian pedagang di Pasar Legi Solo. Bahkan dari hasil riset, dikatakannya, para pedagang cukup antusias mengingat mereka mengalami penurunan omzet penjualan yang sangat drastis.

"Pada riset ini ada dana awal yang didapat tim dari donatur dalam dan luar negeri untuk selanjutnya dibelikan sembako dan pedagang melakukan barter dengan barang dagangan mereka, di antaranya pisang, buah, sayur, dan empon-empon," katanya.

Ia mengatakan ketika barang dari pedagang sudah cukup banyak, pada kisaran Mei-Juni 2020 pihaknya sudah menformalkan konsep barter, termasuk barang-barang barter dari pedagang mulai diseleksi kualitasnya, diberi petunjuk harga dan dijual secara daring baik melalui media sosial maupun website.

"Memasuki 'new normal' (adaptasi lingkungan baru) kegiatan barter mulai menurun namun pasar penjualan daring makin luas, pedagang banyak mengambil manfaatnya dari penjualan daring dan pesanan konsumen makin luas tidak hanya barang yang ada di Pasar Legi tetapi juga barang-barang yang dijual di pasar-pasar lainnya," katanya.

Meski demikian, dikatakannya, belum semua pedagang bersedia untuk ikut menerapkan sistem barter tersebut karena kurangnya kepercayaan mereka terhadap keamanan dari sistem ini.

"Oleh karena itu, hingga saat ini kami terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para pedagang karena dengan menerapkan sistem ini mereka akan memperoleh sejumlah manfaat, salah satunya mampu memperluas jaringan pasar melalui daring dengan menjual barang yang sebelumnya tidak mereka punya," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement