Selasa 21 Jul 2020 19:44 WIB

Penularan Covid-19 Lebih Tinggi pada Anak Usia Lebih Tua

Studi temukan prevalensi lebih tinggi penularan Covid-19 berasal dari anak lebih tua

Rep: Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Para murid di Marie Curie School Hanoi antre diperiksa suhu tubuhnya. Studi temukan prevalensi lebih tinggi penularan Covid-19 berasal dari anak lebih tua. Ilustrasi.
Foto: EPA
Para murid di Marie Curie School Hanoi antre diperiksa suhu tubuhnya. Studi temukan prevalensi lebih tinggi penularan Covid-19 berasal dari anak lebih tua. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Sebuah studi terbaru dari Korea Selatan (Korsel) menemukan prevalensi yang lebih tinggi dari penularan Covid-19 berasal dari anak-anak usia sekolah yang lebih tua daripada mereka yang berusia di bawah sembilan tahun. Saat rencana pembukaan kembali sekolah dilakukan, dibutuhkan lebih banyak data untuk mengetahui potensi penularan lebih lanjut.

Dilansir Fox News, selama ini terdapat kesenjangan dalam data dan pemahaman bagaimana pembukaan kembali sekolah dapat berkontribusi dalam penyebaran Covid-19 di masyarakat dan udara, serta efektivitas berbagai strategi mitigasi. Penulis penelitian mengatakan penyelidikan skala besar mewakili sebagian besar pasien infeksi virus corona jenis baru, lebih awal selama wabah di Korsel.

Baca Juga

“Penelitian menunjukkan bahwa tranmisi SARS-CoV-2 sangat tinggi jika pasien indeks (kasus yang pertama kali didokumentasikan dalam sebuah klaster) berusia 10 hingga 19 tahun,” ujar pernyataan tim peneliti Korsel.

Tim peneliti memantau kondisi dari campir 65 ribu pasien selama sekitar 10 hari setelah Covid-19 terdeteksi. Dari sana ditemukan bahwa total 11,8 persen kontak dari pasien indeks. Sementara, pasien berusia antara 10 dan 19 tahun, hampir 19 persen kontak dengan yang memiliki infeksi.

“Investigasi skala besar menunjukkan bahwa pola penularannya mirip dengan virus pernapasan lainnya. Meski tingkat deteksi untuk kontak anak-anak usia prasekolah lebih rendah, anak-anak muda dapat menunjukkan tingkat serangan yang lebih tinggi ketika penutupan sekolah berakhir, berkontribusi pada transmisi Covid-19,” jelas tim peneliti.

Studi terbaru ini muncul setelah panel ahli nasional yang berpengaruh di Korsel berpendapat sekolah harus memprioritaskan pembukaan kembali musim gugur untuk anak-anak di K-5 dan mereka yang cacat. Para pejabat dari Akademi Sains, Teknik, dan Kedokteran Nasional mengatakan bahwa kelompok usia ini tidak mampu dan juga belajar jarak jauh seperti anak-anak yang lebih tua dan memperingatkan konsekuensi akademis jangka panjang  jika pembelajaran langsung tetap ditutup pada musim gugur ini.

Baru-baru ini, sebuah organisasi yang mewakili ribuan dokter anak di Florida, Amerika Serikat (AS) menulis surat kepada Gubernur Ron DeSantis pada pekan lalu. Ada permintaan untuk mempertimbangkan kembali membuka kembali sekolah pada Agustus di tengah lonjakan kasus Covid-19 terbaru.

Paul Robinson, presiden dewan eksekutif Akademi Pediatrik Amerika cabang Florida (FCAAP), mengatakan tingkat infeksi virus di Florida sangat tinggi, dengan rata-rata 14,2 persen selama dua pekan terakhir. Ia mengatakan sebagian besar ahli kesehatan merekomendasikan anak-anak untuk dijauhkan dari sekolah hingga angka kasus menurun antara tiga dan lima persen selama dua pekan.

FCAAP, yang mewakili 2.600 dokter anak meyakini setiap sekolah harus memutuskan kapan dan bagaimana pembukaan kembali untuk belajar secara langsung dilakukan. Beberapa orang tua dan guru berharap saran dari akademi tersebut akan membalikkan keputusan untuk membuka kembali sekolah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement