REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat (AS) merampingkan jejak properti fisiknya karena lebih banyak karyawan bekerja dari rumah. Ini berarti ancaman semakin meningkat bagi para pemilik bangunan kantor tradisional.
Ini juga jadi tanda bahwa perusahaan mencari cara untuk memangkas biaya saat pandemi virus corona. Analisis Reuters dari laporan pendapatan kuartalan mengungkapkan lebih dari 25 perusahaan besar berencana untuk mengurangi ruang kantor mereka di tahun mendatang.
"Ini merupakan langkah yang dirancang untuk mengurangi pengeluaran terbesar kedua setelah menggaji karyawan di perusahaan," katanya, Rabu (22/7).
Perusahaan energi Halliburton Co mengatakan akan menutup lebih dari 100 fasilitas fisik. Perusahaan jasa keuangan State Street Corp mengatakan akan menggandakan pekerja yang ditugaskan di satu kantor sebelum menambah ruang tambahan.
Ini berdasarkan asumsi bahwa sebagian besar tenaga kerjanya akan terus bekerja dari rumah bahkan setelah vaksin Covid-19 muncul. Perusahaan tempat tidur Sleep Number Corp berencana untuk memperlambat pertumbuhan toko fisiknya karena semakin banyak konsumen yang berbelanja online.
"Anda harus menganggap bahwa jejak kami akan jauh lebih rendah dalam waktu dekat," kata CEO State Street Corp, Ronald Philip O'Hanley.
Sementara itu, Region Financial Corp mengatakan kepada analis, meski ada peningkatan penggunaan hotel, bekerja dari rumah atau penjadwalan jam kerja, mereka yakin secara umum jumlah perkantoran akan terus menurun. Ini karena semua pekerja kini tidak masuk pada waktu yang sama.
Para analis mengatakan rencana untuk mengurangi properti kantor kemungkinan merupakan gelombang pertama dari langkah-langkah pemotongan biaya bagi perusahaan. Sejauh ini, sebagian besar dari 14,7 juta pekerjaan di AS yang hilang selama pandemi ada di sektor restoran, perjalanan, dan pengecer.
"Pengurangan dalam pengeluaran kantor kemungkinan dapat diikuti oleh PHK dan investasi dalam teknologi yang seharusnya membantu meningkatkan produktivitas dengan berkurangnya tenaga kerja," kata Kepala investasi strategi ekuitas aktif di Charles Schwab, Bill McMahon.
Morgan Stanley pada Juni memperkirakan bahwa kebijakan kerja dari rumah akan meningkatkan tingkat kekosongan di gedung-gedung perkantoran. Tingkat kekosongan di New York akan mencapai 10-12 persen dalam 2-5 tahun ke depan dari 8,7 persen sekarang. Sementara San Francisco akan mencapai 7-9 persen dari 5,8 persen.
Sejauh ini, kekhawatiran tentang menurunnya penggunaan ruang kantor tidak merugikan sekuritas komersial yang dijaminkan, dengan iShares CMBS ETF naik 4,4 persen untuk tahun ini. Riset juga menyebut produktivitas kerja tetap baik meski bekerja di rumah. Akibatnya, pengurangan yang dilakukan perusahaan lebih cenderung permanen.
Green Street Advisors memperkirakan bahwa permintaan kantor akan berkurang hingga 15 persen. Pengurangan dalam ruang yang diperlukan kemungkinan besar akan melukai perusahaan investasi real estate dengan eksposur besar di kota-kota seperti San Francisco dan New York.
Mereka lebih banyak pindah dan bekerja dari tempat yang diinginkan. Bahkan sebelum Covid-19, migrasi sudah terjadi dari kota-kota pesisir mayoritas di sepanjang Timur Laut dan Pantai Barat ke pasar Sun Belt, wilayah yang membentang dari Florida ke California Selatan.
"Kami pikir itu akan dipercepat di masa depan karena biaya hidup, kualitas hidup, dan kemampuan untuk mempertahankan pekerjaan Anda jauh lebih baik di dunia setelah Covid-19 daripada sebelumnya," katanya.