REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Forum Komunikasi Penyelenggara Pernikahan Magelang (Forkoppam) menggelar simulasi pernikahan pada adaptasi kebiasaan baru (AKB) di Gedung Wiworo Wiji Pinilih Magelang.
"Saya sangat apresiasi Forkoppam yang memprakarsai simulasi ini. Kegiatan ini merupakan pelopor penyelenggaraan pesta pernikahan di tengah pandemi COVID-19 yang menerapkan protokol kesehatan," katanya Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito.
Pada simulasi itu, seluruh kegiatan didesain dan diatur sedemikian rupa layaknya suatu pesta pernikahan, baik konsep tradisional maupun internasional. Satu per satu tamu yang hadir wajib dicek suhu tubuhnya, kemudian wajib cuci tangan pakai sabun, dan memakai cairan pembersih tangan.
Selanjutnya, petugas mengantarkan tamu ke tempat duduk yang sudah diatur jaraknya. Tamu yang hendak mengucapkan selamat kepada mempelai pengantin pun wajib mengantre sesuai dengan jarak yang telah ditentukan.
Menurut Sigit, tidak mudah menyelenggarakan suatu kegiatan di tengah pandemi. Penyelenggara harus teliti, apalagi melibatkan banyak orang dan komunitas.
"Pekerjaan ini tidak mudah perlu penataan yang rigit, teliti, melibatkan banyak orang, komunitas, termasuk budayawan/seniman," katanya.
Ia menyebutkan selain wajib menerapkan protokol kesehatan, penyelenggaraan pesta pernikahan juga disarankan untuk tidak mengundang tamu lebih dari 200 orang. Jadwal kehadiran tamu juga sebaiknya diatur agar tidak terjadi penumpukan yang berpotensi terjadi penularan COVID-19.
"Sebisa mungkin undangan tamu maksimal 150-200 orang saja, itu pun harus diatur waktunya agar tidak menumpuk. Jangan berlebihan karena saat ini kondisinya berbeda, yang penting hikmat dan aman," tuturnya.
Koordinator Forkoppam Dora Lina Bineri menjelaskan simulasi diselenggarakan Forkoppam yang gabungan tujuh asosiasi, yakni Himpunan Rias Pengantin Indonesia (Harpi) Melati, MUA Hunter Kedu, Asosiasi Dekorasi Magelang, Ikatan Pekerja Musik Magelang, Magelang Master of Ceremony, Wedding Documentator Magelang Raya, dan Ikatan Wedding Organizer Magelang.
"Seluruh asosiasi ini melingkupi 198 vendor, yang menaungi asisten, kru dan 'freelancer' sejumlah 1.079 orang," katanya.
Rangkaian simulasi meliputi upacara panggih gaya Surakarta dan resepsi pengantin tradisional dengan konsep duduk, dan hidangan "full service". Selanjutnya, simulasi pengantin internasional dengan konsep pesta berdiri dan hidangan "silver service".
Tujuan simulasi, katanya, untuk memberikan gambaran kepada masyarakat dan para penyelenggara pernikahan, termasuk calon pengantin, agar dapat menyelenggarakan pesta dengan penerapan protokol kesehatan dan keamanan pada adaptasi kebiasaan baru.
"Oleh karena itu kami mohon dukungan pemangku kepentingan dan semua pihak, dengan harapan industri pernikahan di Magelang dapat bangkit dan berjalan," katanya.