REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) harus segera direalisasikan demi menahan penurunan pertumbuhan ekonomi semakin dalam. Sebab, lambatnya penyerapan anggaran PEN, dapat berpengaruh terhadap upaya pemerintah mendorong perekonomian yang sedang tertekan.
"Diprediksi pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal dua minus empat sampai minus enam. Kalau kebijakan implementasi masih lambat, sangat mungkin kuartal tiga juga minus, sehingga akan menjadi beban berat secara keseluruhan," ujar Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P Roeslani dalam webinar yang digelar Institute for Development of Economics and Finance (Indef) pada Selasa (28/7).
Maka menurutnya, penting menjaga sisi demand dan sisi supply. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi bisa terus berlangsung di sektor riil.
"Dunia usaha akan terus membantu pemerintah memastikan penyaluran stimulus tersebut berjalan efektif. Khususnya stimulus untuk sektor usaha atau supply side," kata dia.
Ia menyebutkan, saat ini terdapat 9 sektor ekonomi yang telah dibuka pemerintah pada tahap awal. Meliputi pertanian dan peternakan, perkebunan, perikanan, industri manufaktur, konstruksi, transportasi barang, pertambangan, serta perminyakan.
"Sektor perikanan relatif tidak punya kendala besar karena Covid-19. Justru kebutuhan domestiknya meningkat, sedangkan kebutuhan ekspor malah mengalami kendala karena serapan lokal meningkat," jelasnya.
Rosan pun mengatakan, Indonesia salah satu negara paling optimis di dunia, meski penyebaran Covid-19 di dalam negeri masih tinggi. Pernyataan itu berdasarkan survei perusahaan konsultan dan manajemen global McKinsey and Company.
Tingkat optimisme Indonesia menduduki peringkat ketiga, di bawah China serta India. "Ini salah satu hal positif dan menjadi modal kita untuk berkreasi sekaligus berpikiran positif, yakin Indonesia bisa segera keluar dari Covid-19," ujar dia.