Rabu 29 Jul 2020 09:05 WIB

Kasus Covid-19 Tembus 100 Ribu, IDI: Pandemi Belum Usai

Ketua Satgas Covid-19 IDI Zubairi Djoerban menegaskan pandemi Covid-19 belum usai.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Bayu Hermawan
Covid-19 (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengatakan, terus bertambahnya kasus positif virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) bahkan kini mencapai lebih dari 100 ribu kasus memberikan makna lain. IDI menegaskan, hal itu artinya pandemi Covid-19 belum selesai.

"Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan tetapi kejadian Covid-19 di Indonesia justru meningkat. Artinya masalah belum selesai, (kasusnya) masih terus naik," ujar Ketua Satgas Covid-19 IDI Zubairi Djoerban saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (29/7).

Baca Juga

Zubairi melanjutkan, tanda ini bisa dilihat jumlah pasien di rumah sakit (RS) yang semakin banyak. Karena itu, ia meminta semua pihak harus lebih disiplin, baik pihak masyarakat maupun pemerintah. 

Ia menegaskan, banyak hal yang harus dikerjakan. Pertama, yaitu mengenai protokol kesehatan yang diterapkan masyarakat dan ini terkait dengan perubahan perilaku. Ia menyebutkan jika semula masyarakat tidak terbiasa menerapkan protokol kesehatan maka dibutuhkan perubahan perilaku dan kemudian melakukannya. 

"Memang ini tidak mudah karena harus ada perubahan perilaku manusia yang awalnya harus tahu dulu, kemudian paham, setelah itu baru mengerjakan," katanya.

Selain itu, Zubairi menganalisis sebagian masyarakat tidak menerima informasi ini karena gaya bahasa maupun pendidikan masyarakat dari segmen yang berbeda. Ia mengakui ada kalangan masyarakat yang bisa tahu hanya ketika cukup membaca atau melihat pemberitaan media, ada juga yang paham setelah mendengar penjelasan dokter, tetapi ada juga kelompok yang percaya dan mudah diajak bicara setelah tokoh masyarakat atau tokoh agama panutannya mengatakannya. 

"Saya kira kadang-kadang tokoh masyarakat, tokoh agama di beberapa tempat lebih didengar. Jadi, pelatihan tokoh masyarakat dan tokoh agama menjadi penting agar setelah itu bisa memberikan informasi dengan baik dan benar," katanya.

Di satu sisi, Zubairi meminta pemerintah benar-benar menerapkan tindakan disiplin pada warganya. Pernyataannya bukan tanpa alasan karena selama ini setelah PSBB di Jakarta diterapkan, ia merasakan belum pernah ditanya aparat apakah menggunakan masker wajah. 

Padahal, menurutnya aturan yang baik dari pemerintah adalah yang harus konsekuen. Ia menyebutkan bentuk pendisiplinannya bermacam-macam, misalnya Australia yang menerapkan hukuman denda.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement