Rabu 29 Jul 2020 09:26 WIB

BTPN Syariah Salurkan Pembiayaan Rp 8,74 Triliun

BTPN Syariah jaga rasio pembiayaan bermasalah sebesar 1,8 persen.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
 Aktivitas di stand BTPN Syariah, Jakarta, Jumat (20/10).  PT BTPN Syariah Tbk mencatatkan pertumbuhan pembiayaan sebesar Rp 8,74 triliun pada akhir Juni 2020.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Aktivitas di stand BTPN Syariah, Jakarta, Jumat (20/10). PT BTPN Syariah Tbk mencatatkan pertumbuhan pembiayaan sebesar Rp 8,74 triliun pada akhir Juni 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT BTPN Syariah Tbk mencatatkan pertumbuhan pembiayaan sebesar Rp 8,74 triliun pada akhir Juni 2020. Angka ini tumbuh dua persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 8,54 triliun.

Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad mengatakan pada masa pandemi Covid-19 perusahaan juga menjaga rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) sebesar 1,8 persen dan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 42,3 persen.

Kemudian rasio intermediasi atau Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 92 persen, Likuiditas Jangka Pendek dan Panjang (NSFR and LCR) sebesar 190 persen dan 244 persen. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh tujuh persen menjadi Rp 9,46 triliun dari Rp 8,88 triliun. 

"Total aset tumbuh 10 persen menjadi Rp 15,27 triliun dari Rp 13,94 triliun. Adapun laba bersih setelah pajak (NPAT) sebesar Rp 407 miliar,” ujarnya saat konferensi pers Selasa (28/7) malam.

Menurutnya perusahaan berusaha menjaga optimisme masyarakat prasejahtera produktif di tengah pandemi Covid-19. Cara ini efektif untuk terus menyalakan semangat berusaha kepada nasabah pembiayaannya. 

“Optimisme dibangun melalui komunikasi intensif yang dilakukan langsung oleh community officer, sebutan bagi petugas lapangan bank yang bertugas tidak hanya melayani transaksi perbankan nasabah, namun juga melakukan pendampingan melalui berbagai program pemberdayaan yang sejak awal pelayanan dilakukan dengan cara mendatangi langsung sentra sentra nasabah,” jelasnya.

Dengan komunikasi tersebut, lanjut Fachmy, terkadang muncul ide baru yang bisa digunakan nasabah untuk keluar dari keterbatasan karena pandemi. Semisal mencoba mengubah fokus produksi mereka, salah satu contoh nasabah adalah Ibu Ai Rodiah di Cikajang Garut Jawa Barat, yang semula memproduksi seragam sekolah beralih ke produksi APD yang dibutuhkan tenaga medis. 

“Jadi berbagai cara kami lakukan agar semangat mereka untuk berusaha terus menyala, inilah hal terpenting dalam melayani mereka saat ini, membuat semangat BDKS (Berani Berusaha, Disiplin, Kerja Keras dan Saling Bantu) yang dibangun selama ini tetap mereka jalankan. Bagi nasabah yang masih dapat dikunjungi, petugas kami menjalankan protokoler kesehatan yang ketat, seperti selalu membawa thermo gun, dan menyebarluaskan informasi tentang pencegahan Covid melalui berbagai tips kesehatan,” ucapnya.

Fachmy mengakui segmen UMKM juga terdampak karena pandemi ini dan BTPN Syariah sebagai bank yang fokus melayani ultra mikro tentunya juga merasakan dampaknya serta mempengaruhi kinerja bank. 

“Insya Allah kami akan menyerap semua risiko yang mungkin timbul masa mendatang sebagai akibat perlambatan pertumbuhan bisnis karena pandemi. Ini dilakukan sebagai bagian tanggung jawab kami kepada semua stakeholders. Kami juga berusaha keras agar rasio rasio likuiditas terjaga dengan baik dan sehat, sehingga kuat menopang target yang telah dicanangkan,” ucapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement