REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Badan Industri Penerbangan Cina (AVIC) telah berhasil menguji purwarupa pesawat amfibi AG600. Pesawat amfibi ini diklaim mampu berkinerja baik selama serangan mendadak.
Pengujian AG600 dilakukan pada 26 Juli lalu. Pesawat terbang dari bandara Shanzihe dan mendarat di Laut Kuning dekat Qingdao. Setelah empat menit berada di atas air, pesawat dengan panjang 37 meter dan lebar sayap 38,8 meter itu kembali lepas landas.
"Pesawat sebelumnya melakukan penerbangan perdananya di darat dan penerbangan perdananya di atas air. Kali ini, ia bertahan dalam ujian situasi rumit di laut," ujar Zhao Sheng, pilot yang menguji AG600, dikutip laman Flight Global.
Menurut Zhao pesawat berkinerja baik selama serangan tiba-tiba. Namun dia mencatat bahwa pada pengujian, permukaan air tidak terlalu menantang. Zhao mengatakan AG600 selanjutnya akan diuji di daerah dengan gelombang lebih tinggi serta angin yang lebih kuat. Di bawah AG600, ada Shinwaya US-2 yang menyandang predikat sebagai pesawat amfibi terbesar kedua di dunia.
Sejak 2018, AG600 telah melakukan tes dari perairan tenang Waduk Zhanhe China. AG600 adalah pesawat amfibi terbesar di dunia. Pesawat ini menjadi pesawat sipil spesialis besar pertama yang dikembangkan secara independen oleh China guna memenuhi kebutuhan misi penyelamatan darurat serta upaya pencegahan dan penanganan bencana alam. AG600 mampu melakukan beberapa misi amfibi seperti memerangi kebakaran hutan, melakukan penyelamatan air, dan memantau lingkungan laut.
AG600 juga digunakan untuk keperluan militer seperti mendukung jaringan pangkalan yang dibangun Beijing di atas atol di Laut China Selatan. Didukung oleh empat turboprop Dongan WJ-6, AG600 memiliki berat lepas landas (MTOW) maksimum 53,5 ton. Menurut AVIC, AG600 memiliki jangkauan terbang maksimum 4.500 kilometer.