REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyerang balik orang-orang yang turun ke jalanan menuntut dirinya mundur, Ahad (2/8). Dia mengatakan para pemrotes menginjak-injak demokrasi dan menyalahkan media.
Ketua partai sayap kanan Likud ini telah membantah melakukan kesalahan dalam tiga kasus korupsi. Tuntutan ini yang membuat banyak warga Israel turun ke jalan menuntutnya mundur, terlebih lagi penangan pemerintah terhadap penyebaran virus corona dinilai gagal.
"Demonstrasi ini dipicu oleh mobilisasi media, yang tidak dapat saya ingat," kata Netanyahu menuduh pers Israel tentang keseragaman dalam dugaan bias terhadapnya.
Netanyahu menyebut pengunjuk rasa yang turun ke jalan merasa itu bentuk demokrasi yang perlu dilakukan, padahal itu tindakan salah. Dia melihatnya sebagai upaya untuk menginjak-injak demokrasi.
“Mereka tidak melaporkan demonstrasi, mereka berpartisipasi di dalamnya. Mereka menambah bahan bakar,” kata Netanyahu menuduh media.
Presiden yang kembali dilantik untuk masa jabatan kelima pada Mei ini sering mengeluhkan bias pers terhadapnya. Dia pun menyalahkan ribuan warga Israel yang turun ke jalan-jalan, termasuk di luar rumahnya di Yerusalem.
Pria berusia 70 tahun ini menyatakan tidak ada yang berusaha membatasi demonstrasi dengan mayoritas kaum muda Israel. Sedangkan mitra koalisi utama Netanyahu, Menteri Pertahanan Benny Gantz dari Partai Biru Putih, membela demonstrasi.
"Hak untuk memprotes adalah darah kehidupan demokrasi," kata Gantz pada pertemuan kabinet.