REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pakar Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM) Agustinus Subarsono mengatakan ketersediaan jaringan internet masih menjadi kendala utama pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi. Ia menyebutkan penelitian awal mengenai penyelenggaraan pendidikan menengah di DIY selama pandemi dilakukan pada 1.304 responden. Responden meliputi guru, siswa, serta orang tua di tingkat SMP-SMA di lima kabupaten/kota di DIY.
Dari survei via google form sejak 25 Juni sampai 1 Juli 2020, dapat diketahui bahwa ketidaklancaran jaringan internet menjadi kendala utama dalam penyelenggaraan pendidikan menengah di tengah pandemi COVID-19.
"Baik siswa, guru, maupun orang tua mengeluhkan ketidaklancaran jaringan internet jadi kendala utama dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh. Lebih dari 50 persen responden mengeluhkan tentang jaringan ini terutama di Kulon Progo dan Gunung Kidul," kata dosen Manajemen Kebijakan Publik Fisipol UGM ini.
Ia mengatakan untuk mengatasi persoalan itu, pemerintah diharapkan mengusahakan agar jaringan internet bisa diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Persoalan lain yang juga banyak dikeluhkan siswa, kata dia, adalah keterbatasan biaya untuk mengakses internet. Kendala lain yang juga dihadapi dalam pembelajaran daring adalah keterbatasan waktu orang tua dalam mendampingi anak saat mengikuti pembelajaran jarak jauh.
Persoalan keterbatasan keterampilan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, menurut dia, juga banyak dialami para guru yang belum seluruhnya terbiasa dengan teknologi. "Semakin tua usia guru hambatan dalam pemanfaatan teknologi semakin besar. Hambatan relatif lebih kecil dialami pada guru yang berusia dibawah 35 tahun," kata dia.
Subarsono menyampaikan dari survei terhadap siswa ditemukan fakta bahwa hampir sebagian besar merasa kegiatan pembelajaran jarak jauh lebih sulit daripada kegiatan pembelajaran konvensional. Tak hanya itu, materi pembelajaran jarak jauh lebih sulit daripada materi pembelajaran tatap muka.
"Sebagian besar siswa mengeluhkan bosan mengikuti pembelajaran daring dan lebih bersemangat mengikuti pembelajaran tatap muka," kata dia.
Subarsono mengatakan bahwa pandemi COVID-19 menciptakan tantangan dan kebutuhan inovasi pembelajaran dengan teknologi. Dengan begitu, kolaborasi antara sekolah dengan orang tua dalam pendidikan juga perlu diperkuat.
Saat pandemi berakhir dia merekomendasikan pembelajaran jarak jauh untuk terus dilaksanakan dan melakukan inovasi pembelajaran agar dapat mengurangi beban siswa.
"Kebijakan pendidikan pembelajaran jarak jauh antara online dan offline sebagai alternatif masa 'new normal'. Sementara itu pembelajaran tatap muka dapat dimulai ketika lingkungan sekolah dinyatakan aman dan ada kesepakatan dengan para pemangku kepentingan," kata dia.