REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika perang Badar usai, Nabi Muhammad SAW ingin mengetahui keadaan Abu Jahal, maka Abdullah bin Mas’ud pun beranjak pergi mencarinya, begitu juga beberapa sahabat lainnya. Sebenarnya saat pertempuran berlangsung, beliau telah didatangi dua pemuda Anshar, Mu’adz bin Amr bin Jamuh dan Muawwidz bin Afra.
Mereka berdua mengaku telah membunuh Abu Jahal. Setelah memeriksa pedang kedua pemuda tersebut, beliau pun membenarkan pengakuan mereka. Hanya saja beliau ingin memperoleh kejelasan informasinya dan kepastian kematiannya.
Ibnu Mas’ud bergerak di antara mayat yang bergelimpangan, dan akhirnya menemukan tubuh Abu Jahal, yang masih sekarat, nafasnya tinggal satu-satu. Tubuh Ibnu Mas’ud yang kecil berdiri di atas tubuh Abu Jahal yang kokoh kekar terkapar. Ia menginjak leher Abu Jahal dan memegang jenggotnya untuk mendongakkan kepalanya, dan berkata, “Apakah Allah telah menghinakanmu, wahai musuh Allah!!”
“Dengan apa ia menghinakan aku? Apakah aku menjadi hina karena menjadi orang yang kalian bunuh? Atau justru orang yang kalian bunuh itu lebih terhormat? Andai saja bukan pembajak tanah yang telah membunuhku…”
Memang, dua pemuda Anshar yang membunuhnya adalah para pekerja kebun kurma. Mungkin ia merasa lebih berharga jika saja yang membunuhnya adalah seorang pahlawan perang seperti Hamzah atau Umar ra. Kemudian ia berkata kepada Ibnu Mas’ud yang masih menginjak lehernya, “Aku sudah naik tangga yang sulit, wahai penggembala kambing.”
Ibnu Mas’ud mengerti maksud Abu Jahal, ia melepaskan injakan pada lehernya. Tak berapa lama kemudian Abu Jahal tewas.
Ada suatu peristiwa berkesan pada Perang Tabuk yang selalu menjadi keinginan dan angan-angan Abdullah bin Mas’ud. Suatu malam ia terbangun dan ia melihat ada nyala api di arah pinggir perkemahan. Ia berjalan ke perapian tersebut, dan ia melihat tiga orang bersahabat, Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar r.a. dan Umar ra sedang memakamkan jenazah salah seorang sahabat, Abdullah Dzulbijadain al Muzanni.
Nabi Muhammad SAW. berada di lubang kuburan, Abu Bakar r.a. dan Umar ra berada di atas. Ia mendengar beliau bersabda, “Ulurkanlah kepadaku lebih dekat.”
Nabi Muhammad SAW. menerima jenazah Abdullah tersebut dan meletakkan di liang lahat, kemudian beliau berdo’a, “Ya Allah, aku telah ridha padanya, maka ridhai pula ia oleh-Mu.”
Melihat pemandangan tersebut, Ibnu Mas’ud berkata, ”Alangkah baiknya jika akulah pemilik liang kubur itu….”
Namun ternyata keinginannya tidak terpenuhi karena tiga orang mulia yang terbaik tersebut mendahuluinya menghadap Allah. Ia wafat pada zaman khalifah Utsman, dan dalam satu riwayat disebutkan, yang memimpin (mengimami) shalat jenazahnya adalah sahabat Ammar bin Yasir.
https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/03/02/cendikiawan-muslim-abdullah-bin-masud-3/