REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) melatih 43.000 sukarelawan di Korea Utara (Korut) untuk membantu menangani pandemi virus corona, dan membantu korban banjir. IFRC telah membangun jaringan relawan di Korut untuk membantu penduduk di sembilan provinsi dalam menangani pandemi dan kerusakan akibat banjir.
"Ratusan rumah rusak dan sebagian besar sawah terendam akibat hujan lebat dan banjir bandang," ujar juru bicara IFRC, Antony Balmain.
Pemimpin Korut Kim Jong-un mengumumkan keadaan darurat dan memberlakukan lockdown di Kaesong, dekat perbatasan antar-Korea. Lockdown dilakukan setelah seorang pria yang membelot ke Korea Selatan pada 2017, kembali ke Kaesong dan menunjukkan gejala virus corona.
Balmain mengatakan, IFRC mengerahkan sukarelawan di Kaesong dan membantu 2.100 keluarga yang terdampak banjir. IFRC memberikan sejumlah bantuan seperti terpal, peralatan dapur, selimut, perlengkapan kebersihan, dan air bersih,
“Keluarga didukung dengan pertolongan pertama psikologis dan kegiatan penyadaran untuk menjaga kebersihan dan kesehatan,” kata Balmain.
Hujan deras dan banjir yang berlangsung dalam beberapa hari terakhir memicu kekhawatiran kerusakan tanaman dan persediaan makanan di Korut. Kementerian Unifikasi menyatakan, tingkat curah hujan di Korut pada bulan ini lebih tinggi dari 2007 ketika negara tersebut mengalami banjir terparah.
Kim telah mengirim paket bantuan khusus ke Kaesong. Sementara, media pemerintah pada Senin (10/8) melaporkan bahwa pasokan biji-bijian dari Pyongyang telah tiba di daerah yang dilanda banjir. Bulan lalu, IFRC memberikan peralatan medis yang terdiri dari termometer inframerah, masker bedah, dan perlengkapan pelindung diri. Selain itu, IFRC juga memberikan alat tes virus korona yang dapat digunakan hingga 10.000 orang.
Korut belum mengonfirmasi kasus virus corona setelah memberlakukan lockdown secara ketat di Kaesong. Korsel mengatakan, tidak ada bukti bahwa pembelot itu terinfeksi virus corona.