REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengaku masih punya banyak pekerjaan rumah untuk bisa menggenjot target bauran energi 23 persen di 2025 mendatang. Padahal, hingga akhir 2019 PLN baru punya pembangkit EBT sebesar 7,8 GW.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menjelaskan untuk mengejar target bauran sebesar 23 persen perusahaan masih memerlukan tambahan daya yang cukup besar.
"RUPTL menargetkan 16,3 GW ada selisih 3,5 GW dan tahun 2025 pemerintah mengatakan ingin mencapai 23 persen EBT. Inilah angka-angkanya, ini tantangannya antara 2019 dan 2024 kita harus bangun 5 GW," kata Zulkifli dalam diskusi secara virtual, Rabu (12/8).
Meski demikian, capaian tersebut juga masih jauh di bawah target 2025 yang menghendaki porsi bauran EBT sebesar 19,9 GW. Namun, Zulkifli tetap optimistis 23 persen dapat tercapai di tahun 2025.
Untuk menggenjot bauran energi bersih pihaknya akan meningkatkan pengembangan EBT secepat mungkin dan mampu bersaing dengan energi fosil. Salah satunya yakni dengan melakukan Co-firing Biomasa, yang akan meningkatkan supply dari pembangkit EBT.
Selain itu, pihaknya juga akan mengurangi penggunaan pembangkit yang berasal dari bahan bakar diesel. Hal ini mengingat ketergangungan dengan diesel selama ini masih cukup besar.
"Sehingga intinya kita mencari sumber energi yang lebih green tetapi tidak impor," ujarnya.
Zul juga mengatakan pihaknya akan memanfaatkan bekas tambang yang ditinggalkan untuk kemudian dijadikan PLTS. Hal ini mengingat potensi dari energi tersebut masih cukup besar untuk dikembangkan.
Berikutnya memanfaatkan potensi dari PLTA dengan bekerja sama dengan Kementerian PUPR untuk mendapatkan ijin memanfaatkan waduk eksisting sebagai pembangkitan.