REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Enam sumber yang terdiri dari seorang mantan mata-mata, pejabat militer Lebanon, pengirim barang di industri perkapalan, pengacara, seorang yang dekat dengan komandan kelompok Hizbullah, dan mantan sumber keamanan tinggi mengungkapkan analisis mereka terkait ledakan di pelabuhan Beirut. Dua sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada media Arab Saudi Al Arabiya bahwa, Hizbullah kerap mengambil amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan untuk keperluan militer.
Seorang mantan sumber keamanan tinggi yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, amonium nitrat tetap berada di pelabuhan karena diambil untuk keperluan militer oleh pihak ketiga. Pernyataan itu kemudian dikonfirmasi oleh sumber yang dekat dengan komandan Hizbullah yang menyebutkan, amonium nitrat digunakan untuk rudal dan roket yang dikirim oleh Iran ke Lebanon.
Rudal dan roket itu dirakit secara lokal di wilayah Hermel oleh kelompok Hizbullah. Sumber keamanan tinggi itu menjelaskan, pengiriman senjata dilakukan secara teratur melalui pelabuhan serta di perbatasan. Pada 2017, majalah French Intelligence Online melaporkan, Hizbullah sedang membangun dua fasilitas bawah tanah di Lebanon untuk pembuatan rudal.
"Dinas keamanan Lebanon juga menerima peringatan Amerika dari utusan AS David Satterfield tentang keberadaan dua pabrik perakitan rudal, di Lebanon Selatan dan Bekaa," ujar sumber keamanan tinggi.
Ledakan yang mendatangkan malapetaka di seluruh Beirut dipicu oleh ledakan awal yang diikuti oleh api dan serangkaian ledakan kecil. Tentara Lebanon melaporkan, pada saat yang sama kembang api dinyalakan dari pengerjaan pengelasan di pintu gudang.
Mantan perwira CIA, Robert Baer mengatakan, tidak masuk akal bahwa percikan kembang api telah menyebabkan ledakan besar dan bola api berwarna oranye muncul dari ledakan itu. Baer mengatakan, ledakan itu terjadi karena penggunaan bahan pembakar yang memicu ledakan amonium nitrat.
Menurut Baer, kecelakaan yang melibatkan amonium nitrat jarang terjadi. Karena bahan dalam bentuk murni umumnya cukup stabil. “Tidak pernah ada kejadian amonium nitrat disimpan di tempat terbuka yang meledak secara spontan. Itu akan terbakar dengan kuat tapi tidak meledak," ujarnya.
Baer menambahkan, amonium nitrat bersifat higroskopis dan dapat digunakan dengan air. Oleh karena itu dibutuhkan keadaan yang luar biasa untuk menghentikan ledakannya. "Kantong amonium nitrat harus diatur dengan tepat agar memiliki tekanan yang cukup untuk meledak," katanya.
Sementara itu, seorang agen pengirim barang di pelabuhan mengatakan, sangat kecil kemungkinan bahwa kembang api dapat menyebabkan ledakan. Bisanya kembang api tidak disimpan di pelabuhan, karena alasan keamanan.
“Tata cara impor kembang api, barang dagangan diproses sebelum kapal dibongkar, karena bahaya yang ditimbulkannya,” ujar agen pengirim barang yang tidak disebutkan namanya itu.
Seorang pejabat militer yang tidak menyebutkan namanya menegaskan, kembang api diproses di luar pelabuhan pada saat kedatangan. Hangar 12, tempat penyimpanan amonium nitrat tidak dapat diakses oleh sebagian besar karyawan pelabuhan.
Sumber keamanan tinggi sebelumnya menjelaskan bahwa terminal 5 adalah titik transit bagi kelompok tertentu di pelabuhan Beirut. Selain itu, pelabuhan juga menjadi ladang bisnis yang menguntungkan bagi elite korup Lebanon.
"Bagian tertentu dari Pelabuhan dan bandara digunakan untuk menyelundupkan pengiriman militer ke Hizbullah," seorang sumber yang dekat dengan Hizbullah.
Sementara itu Hizbullah telah membantah terkait dengan ledakan di Pelabuhan Beirut. Hizbullah mengingatkan semua pihak agar tidak mengaitkan kelompok itu dalam ledakan.