Senin 25 Nov 2024 22:47 WIB

Amerika Serikat Ancam Mundur dari Perantara Mediasi Israel dan Lebanon, Ada Apa?

Amerika Serikat kesal dengan sikap tak kooperatif Israel

Rep: Fitrian Zamzami / Red: Nashih Nashrullah
Konidis lokasi yang terkena serangan udara Israel di desa Qana, Lebanon selatan, Rabu, 16 Oktober 2024.
Foto: AP Photo/Mohammed Zaatari
Konidis lokasi yang terkena serangan udara Israel di desa Qana, Lebanon selatan, Rabu, 16 Oktober 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM- Utusan Amerika Serikat, Amos Hochstein, mengancam akan menarik diri sebagai perantara upaya mediasi yang bertujuan untuk merundingkan perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Lebanon jika Tel Aviv tidak menerima proposal Amerika Serikat.

Hochstein, lapor Channel 13 Israel pada Ahad (24/11/2024), memberi tahu duta besar Israel untuk Amerika Serikat, Michael Herzog, bahwa jika Tel Aviv gagal merespons secara positif terhadap proposal gencatan senjata Amerika Serikat dengan Lebanon, Amerika Serikat akan menarik diri dari proses mediasi yang dipimpin oleh mereka antara kedua pihak.

Baca Juga

Sebelumnya pada Selasa (19/11/2024), Hochstein mengunjungi Beirut untuk perjalanan dua hari, di mana dia bertemu dengan pejabat Lebanon sebelum melanjutkan perjalanan ke Israel untuk kunjungan yang berlangsung hingga Jumat (22/11/2024).

Amerika Serikat dilaporkan mengupayakan gencatan senjata antara kelompok Hizbullah Lebanon dan Israel, yang mendapatkan dukungan penuh dari Washington dalam agresinya terhadap Gaza dan Lebanon.

Kepala otoritas Israel Benjamin Netanyahu telah mengajukan kebebasan untuk melakukan operasi militer di Lebanon selatan sebagai syarat untuk menyetujui gencatan senjata. Syarat yang diajukan sepekan yang lalu, telah ditolak oleh Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri, yang sebelumnya meninjau proposal Amerika Serikattersebut.

Sedangkan pada Rabu (20/11/2024) malam, Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sheikh Naim Qassem, mengatakan Hizbullah telah menyampaikan komentarnya terhadap proposal Amerika Serikat tersebut.

Qassen menegaskan bahwa sekarang tergantung pada keseriusan Netanyahu dalam mencapai kesepakatan, seraya mengemukakan kembali prinsip-prinsip Hizbullah dalam bernegosiasi.

"Kami bernegosiasi dengan dua syarat: pertama, penghentian agresi Israel secara lengkap dan menyeluruh, dan kedua, perlindungan terhadap kedaulatan Lebanon," katanya.

Dalam perkembangan terkait, Channel 14 Israel mengutip seorang pejabat senior Israel yang tidak disebutkan namanya, mengatakan Israel berada di ambang mengakhiri perang di Lebanon, yang diharapkan akan terjadi dalam beberapa hari mendatang.

Pejabat itu menambahkan bahwa kesepakatan akan ditandatangani di hadapan orang Amerika dan akan bersifat sementara sebelum beralih ke perjanjian permanen dengan Lebanon.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement