Kamis 13 Aug 2020 16:50 WIB

Ribut dengan Turki, Yunani Bersekutu Bersama Prancis

Yunai dan Turki terlibat dalam konflik perebutan wilayah di Mediterania Timur.

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Laut Mediterania atau Laut Tengah
Foto: Wikipedia.com
Laut Mediterania atau Laut Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis berterima kasih kepada Prancis atas rencana penambahan pasukan militer di Mediterania Timur.  Wilayah ini tengah menjadi area konflik, saat kapal perang Yunani dan Turki saling membayangi satu sama lain.

Mediterania Timur merupakan perairan yang diklaim kepemilikannya oleh Yunani, Namun, di area itu Turki menjalankan proyek eksplorasi energi yang menciptakan ketegangan antara kedua negara.

Baca Juga

Ketegangan yang meningkat mengikuti langkah Turki pada awal pekan ini untuk mengirim kapal penelitian seismik, dikawal oleh kapal perang, ke perairan antara pulau Kreta dan Siprus untuk mencari potensi cadangan gas dan minyak lepas pantai. Hal ini menyusul penemuan serupa di bagian lain wilayah tersebut.

Yunani mengklaim sebagian dari wilayah itu berada di atas landas kontinen mereka dan menuntut agar kapal-kapal Turki segera pergi.

Turki membalas tuntutan dengan mengatakan negaranya berhak melakukan penelitian di daerah tersebut.

Yunani kemudian menempatkan militernya dalam siaga dan mengirim kapal perang ke daerah di lepas pantai selatan Turki. Dalam cicitan di media sosial Twitter, Mitsotakis mengatakan bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron adalah sahabat Yunani. Ia menggambarkan bahwa Macron merupakan pelindung nilai-nilai Eropa dan hukum Internasional.

Sebelumnya, Macron mengumumkan bahwa Prancis memutuskan memperkuat sementara kehadiran militer Prancis di Mediterania Timur dalam beberapa hari mendatang, bekerja sama dengan mitra Eropa termasuk Yunani. Kedua negara merupakan sekutu yang tergabung dalam NATO.

Dalam pernyataan yang disiarkan televisi pada Rabu (12/8), Mitsotakis memperingatkan tentang risiko kecelakaan di area kapal perang Yunani dan Turki berkumpul. Ia juga mengatakan dalam kasus seperti itu, tanggung jawab terletak pada pihak yang menimbulkan keadaan ini.

Meski demikian, Mitsotakis mengatakan bahwa Yunani bersedia untuk melakukan dialog. Namun, ia mengingatkan bahwa dialog menjadi tidak relevan dalam kondisi ketegangan dan adanya provokasi.

“Kami tidak akan pernah menjadi orang yang meningkatkan ketegangan. Namun, pengendalian diri hanyalah salah satu aspek dari kekuatan kami, tidak ada provokasi yang akan tidak terjawab,” ujar Mitsotakis dilansir Al Arabiya, Kamis (13/8).

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Yunani Nikos Dendias dilaporkan juga melakukan perjalanan ke Israel untuk membicarakan masalah tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement