REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa menyambut kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan Uni Emirat Arab (UEA). Menurutnya, hal itu penting bagi stabilitas regional.
"Saya menyambut normalisasi (hubungan) Israel-UEA. Ini menguntungkan keduanya dan penting untuk stabilitas kawasan," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell melalui akun Twitter pribadinya pada Jumat (14/8).
Poin kesepakatan yang disorot Borrell adalah terkait ditangguhkannya rencana pencaplokan Tepi Barat oleh Israel. "Menangguhkan aneksasi adalah langkah positif, rencana itu sekarang harus ditinggalkan sama sekali. Uni Eropa berharap untuk melanjutkan negosiasi Israel-Palestina tentang solusi dua negara berdasarkan parameter yang disepakati bersama," ujarnya.
Kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik antara UEA dan Israel tercapai dengan bantuan Amerika Serikat (AS). Kesepakatan itu muncul setelah Presiden AS Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Putra Mahkota UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan melakukan percakapan via telepon pada Kamis (13/8).
Di bawah kesepakatan tersebut, Israel setuju untuk menangguhkan pencaplokan sebagian wilayah Tepi Barat. Namun Netanyahu menekankan, rencana aneksasi tidak sepenuhnya disingkirkan.
"Kami tidak akan menyerahkan hak kami atas tanah kami. Tidak ada perubahan rencana saya untuk memperluas kedaulatan, kedaulatan kami atas Yudea dan Samaria (Tepi Barat), di bawah koordinasi penuh dengan AS," katanya.
Sebaliknya, UEA menganggap normalisasi berarti menghentikan rencana aneksasi oleh Israel. "Kesepakatan telah dicapai untuk menghentikan lebih jauh aneksasi Israel terhadap wilayah Palestina," cicit Al Nahyan di Twitter, dikutip Aljazirah.
Palestina telah mengecam kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik antara UEA dan Israel. Palestina memandang hal itu sebagai pengkhianatan.