REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 di bawah Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) mengembangkan lima jenis ventilator untuk pasien Covid-19. Pada 15 Agustus 2020 lalu, lima jenis ventilator tersebut berhasil mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) setelah lulus uji sertifikasi dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK).
Setelah mengantongi izin edar, kelima ventilator tersebut segera memasuki tahap produksi massal. Bahkan beberapa ventilator sudah menghasilkan ratusan produk yang dimanfaatkan oleh rumah sakit dalam membantu menyelamatkan pasien Covid-19.
Ketua Konsursium Riset dan Inovasi Covid-19 Ali Gufron Mukti berharap ekosistem yang kondusif dalam Konsorsium Covid-19 ini bisa dilanggengkan untuk pola kerja penelitian ke depan. Kerja sama triple helix yang tercipta harus terus dibangun agar menghasilkan inovasi yang sangat dibutuhkan masyarakat.
"Sebelumnya para peneliti umumnya punya agenda sendiri-sendiri dan sulit untuk memiliki visi bersama ke depan. Dengan lingkungan yang sangat memaksa kita bisa bersama dan sangat kondusif kerjasama triple helix antara para peneliti, inovator, pemerintah, dan industri," kata Ali Gufron dalam acara Sosialisasi 5 Ventilator Inovasi Indonesia secara daring pada Sabtu (15/8).
Adapun kelima jenis ventilator tersebut adalah BPPT3S-LEN dikembangkan oleh BPPT bersama PT LEN, GERLIP HFNC-01 dikembangkan oleh LIPI bekerjasama dengan PT Gerlink Utama Mandiri, Vent-I Origin dikembangkan oleh Yayasan Pembina Masjid Salman ITB bersama Unpad dan ITB.
Covent-20 dikembangkan oleh Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran UI, RS Cipto Mangunkusumo, RSUP Persahabatan, dan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II, serta DHARCOV-23S dikembangkan oleh BPPT bekerjasama dengan PT Dharma Precision Tools.