REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli Epidemiologi dan Kesehatan Masyarakat, dr Pandu Riono, MPH, Phd membenarkan akun twitter miliknya @drpriono diretas. Saat diretas akun miliknya memposting foto dirinya bersama seorang perempuan, dan dibumbui dengan keterangan foto yang tak pantas. Beruntung saat ini akun @drpriono sudah dikendalikan oleh pihak Twitter.
Menanggapi kasus yang menimpa dr Pandu, Peneliti Keamanan Siber dari Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menyatakan bahwa peretasan bukan terjadi tiba-tiba. Melainkan biasanya sudah di target operasi-kan. "Soal retas-meretas memang harus dibuktikan apakah itu terjadi. Kalau benar perlu diselidiki siapa pelaku, motif dan modusnya seperti apa," tegas Heru saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (20/8).
Selain itu, Heru juga berpesan di era demokrasi tidak perlu takut untuk bicara kebenaran sepanjang apa yang disampaikan benar berdasar data dan fakta. Termasuk tidak takut pada ancaman peretasan akun media sosial. Bahkan bukan hanya media sosial bahkan sampai ponsel diambil alih. "Bilamana dirugikan karena diretas, ini dapat dilaporkan kepada pihak berwajib," kata Heru.
Selain itu, menurut Heru, sebenarnya akun yang diretas meski tidak bisa diakses tapi tetap bisa diambil kembali. Sepertihalnya, ketika lupa password. Hanya saja, apakah email atau ponsel verifikasi juga sudah dikuasai juga oleh peretas, tapi jika belum maka bisa langsung dinormalka kembali.
"Peretasan bisa mengincar dan terkena siapa saja, dari kalangan mana saja, termasuk pendukung politik mana saja," tutur Heru mengingatkan.
Sebelummya, dari keterangan laman http://staff.ui.ac.id, dr Pandu merupakan salah satu staf pengajar senior di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, untuk bidang Biostatistik dan Kependudukan. Dr Pandu lulus dari Fakultas Kedokteran UI dan meraih gelar master dari bidang Biostatistik dan Kependudukan.
Selama ini pernyataan atau komentarnya dr Pandu, khususnya di media sosial kerap berseberangan dengan pemerintah terkait dengan penanganan Covid-19 yang dijalankan pemerintah. Bahkan twit terakhirnya pun terkesan mengkritik pemerintah terkait rapid test.