Sabtu 22 Aug 2020 15:46 WIB

Peneliti Sebut Kasus Naik Saat New Normal, Ini Penyebabnya

Hasil riset UMY, UGM dan GCRF menyebut kasus naik disertai pengenduran kebijakan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang petugas polisi membagikan dan meminta pengendara untuk memakai masker pelindung. Penelitian menyebutkan Kasus meningkat masuki normal baru, disertai pengenduran kebijakan.
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Seorang petugas polisi membagikan dan meminta pengendara untuk memakai masker pelindung. Penelitian menyebutkan Kasus meningkat masuki normal baru, disertai pengenduran kebijakan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada melakukan riset bersama Global Challenge Research Fund (GCRF) Heriot-Watt University. Mereka menganalisa perilaku masyarakat dan kesiapan fasilitas kesehatan, terutama setelah peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia.

Penelitian dipimpin Ketua Economics Fellow, National Institute of Economic & Social Research, Heriot-Watt University, Prof Arnab Bhattacharjee. Sisi kuantitatif dikaji menggunakan Indeks Kesiapsiagaan Pandemi (EPI).

Dipakai pula analisis model COM-B yang menitikberatkan perubahan perilaku masyarakat saat pandemi. Secara kuantitatif, hasil penelitian menunjukkan penyebaran Covid-19 mengalami peningkatan saat memasuki musim mudik lebaran.

Kasus meningkat masuki normal baru, disertai pengenduran kebijakan. Peneliti Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan UGM, Novat Pugo Sambodo menilai, saat pandemi EPI setiap provinsi dipakai melihat kesiapan.

Namun, hasil EPI yang terkait Tingkat Kematian (CFR) dan Tingkat Kesembuhan (RR) tidak bisa dijadikan tolak ukur meningkatnya kematian dan jumlah kasus positif. Karenanya, mereka berencana tingkatkan perhitungan CFR dan RR.

Dilakukan berdasarkan pertimbangan tambahan yang belum dicakup perkiraan saat ini. Berdasarkan triad epidemiologi, selain faktor lingkungan, ada perilaku masyarakat yang juga mempengaruhi meningkatnya kasus positif.

"Oleh karena itu, untuk mengurangi penyebaran virus mengubah perilaku sebagai bentuk kesadaran bermasyarakat sangatlah penting," kata Novat melalui pertemuan daring yang digelar Kamis (20/8).

Peneliti Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMY, Dyah Titis Kusuma Wardani menuturkan, baru-baru ini WHO menyatakan virus Corona tidak hanya menular melalui droplet saat bersin, batuk atau berbicara tanpa menggunakan masker.

Tapi, mampu menyebar melalui udara. Untuk itu, ia menekankan, tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah tidak cuma sediakan fasilitas kesehatan memadai, tapi meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan (3M).

Penting pula membatasi mobilitas dan mematuhi protokol kesehatan di tempat umum untuk mencegah penyebaran Covid-19. Hasil penelitian mereka akan pula ringkasan kebijakan dan iklan layanan masyarakat.

"Yang disajikan dalam audio visual dan infografis, iklan layanan masyarakat itu akan digunakan sebagai peringatan bagi masyarakat," ujar Dyah. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement