Kamis 27 Aug 2020 14:32 WIB

Kremlin tak Ingin Sakit Navalny Rusak Relasi dengan Barat

Sakitnya politikus oposisi Rusia Alexei Navalny diharapkan tak rusak hubungan negara

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny. Ia diduga sengaja diracun dan kini dalam kondisi koma di sebuah rumah sakit di Jerman.
Foto: AP
Tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny. Ia diduga sengaja diracun dan kini dalam kondisi koma di sebuah rumah sakit di Jerman.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kremlin mengatakan pihaknya berharap penyakit politikus oposisi, Alexei Navalny, tidak akan merusak hubungan Rusia dengan Barat. Rusia pun ingin mengetahui alasan dia bisa jatuh sakit meskipun menolak untuk membuka penyelidikan atas insiden tersebut.

Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan pemerintah Rusia tidak ingin masalah Navalny merusak hubungan dengan pihak global. "Tentu saja kami tidak ingin ini (terjadi), itu yang pertama. Kedua, tidak ada alasan untuk itu," ujarnya, Rabu (26/8).

Baca Juga

Navalny mengalami koma yang diinduksi secara medis di rumah sakit Berlin, Jerman. Rumah sakit Jerman mengatakan pemeriksaan medis awalnya menunjukkan keracunan, meskipun dokter Rusia yang merawat Navalny di rumah sakit Siberia membantah diagnosis itu.

Jerman, Amerika Serikat, dan negara-negara lain telah meminta Rusia untuk menyelidiki keadaan yang menyebabkan kondisi Navalny. Namun Peskov mengatakan bahwa diagnosis sejauh ini tidak meyakinkan.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah melakukan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte pada Rabu malam. Mereka  membahas kesehatan Navalny.

"Pihak Rusia menekankan tidak dapat diterimanya tuduhan yang tergesa-gesa dan tidak berdasar dalam hal ini," kata perwakilan Kremlin dalam sebuah pernyataan tentang panggilan itu.

Peskov menyatakan Moskow ingin keadaan seputar kondisi Navalny terungkap. Padahal, sehari sebelumnya ketua majelis rendah parlemen Rusia mengatakan sebuah komite akan melakukan penyelidikan. Penyelidikan dilakukan untuk menentukan apakah pasukan asing telah berperan dalam masalah tumbangnya Navalny untuk memicu ketegangan di Rusia.

Teori tersebut, menurut Peskov, harus melakukan proses yang bisa mengonfirmasi. Ketika hasil tersebut sudah ditemukan, maka akan ada alasan untuk mempertimbangkan siapa yang diuntungkan.

"Kami tidak kurang tertarik dari orang lain untuk mengetahui apa yang menyebabkan koma," kata Peskov.

Tekanan besar terjadi pada Kremlin setelah kondisi Navalny. Dengan hantaman pada pasar Rusia, rubel jatuh ke posisi terendah terhadap euro selama empat tahun pada Rabu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement