REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia sedang mengembangkan drone baru yang berfungsi sebagai wingman otonom bagi pilot. Rusia juga membuat beberapa desain pesawat udara tak berawak atau drone baru, termasuk Grom dan Helios, oleh perusahaan Koronstadt Group yang dipresentasikan pada pameran senjata Army 2020 di Moskow.
Perancang umum di Kronstadt Group, Nikolai Dolzhnekovm mengatakan kepada Sputnik News bahwa Grom dirancang untuk memberikan dukungan bagi jet tempur Sukhoi Su-35 dan Su-57. Grom memiliki berat sekitar tujuh ton dan memiliki muatan hingga 500 kilogram.
Tujuan utama pembuatan Grom adalah untuk membantu menjaga pilot dan pesawat agar tetap aman dengan memberikan dukungan dalam penghancuran pertahanan udara musuh dan melakukan operasi tempur lainnya.
"Grom adalah sebuah konsep, jadi bentuknya masih dapat berubah berdasarkan pengujian dan evaluasi badan pesawat saat ini," ujar seorang analis di Center for a New American Security, Samuel Bendett, dilansir EurAsian Times, Rabu (2/9).
Drone lain yang sedang dikembangkan adalah Helios. Drone ini dapat melakukan pengawasan radar dan membantu pengarahan. Dolzhnekov menjelaskan Helios adalah drone pengintai dan pemandu radar seberat lima ton.
"Ketika digunakan sebagai radar, kemungkinan besar akan dilengkapi dengan bagian dari stasiun radar yang digunakan di Beriev A-100 ‘Premier’ (peringatan dini dan pesawat kontrol)," ujar Dolzhnekov.
Dolzhnekov mengatakan pihaknya belum menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia untuk Helios. Namun, angkatan laut Rusia telah menyatakan minat yang besar terhadap Helios.
Amerika Serikat (AS) juga tak mau kalah dengan Rusia. Negeri Paman Sam itu sedang mengembangkan drone yang berfungsi sebagai rekan tim otonom untuk pesawat berawak dengan nama American Valkyrie.
"Ide dari robot wingman adalah ia dapat mengimbangi pesawat berawak, tetapi ditugaskan untuk bagian-bagian misi yang tidak akan Anda kirim ke rekan setim manusia," ujar seorang analis di New America Foundation, Peter W. Singer, kepada Forbes.
Angkatan Udara AS berencana untuk menggabungkan drone wingman pertamanya dengan pesawat tempur siluman F-35 dan versi F-15EX baru dari pesawat tempur Eagle klasik. Namun sulit untuk menyempurnakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang dapat menduplikasi atau bahkan meningkatkan pengambilan keputusan dari seorang pilot yang terlatih. Angkatan Udara AS dan Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan AS telah melakukan pengembangan drone yang menggunakan AI.