REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris telah menyediakan dana sebesar 500 juta poundsterling atau sekitar Rp 9,8 triliun (dengan kurs Rp 19.700 per poundsterling) untuk uji coba tes cepat Covid-19, Kamis (3/9). Menurut Inggris hal itu adalah kunci untuk memulihkan kebebasan setelah penerapan pembatasan selama berbulan-bulan.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan dia berharap pengujian massal tes Covid-19 yang lebih cepat dapat diluncurkan menjelang akhir tahun. “Tes baru inovatif yang cepat, akurat, dan lebih mudah digunakan akan memaksimalkan dampak serta skala pengujian, membantu kami kembali ke cara hidup yang lebih normal,” katanya.
Dana sebesar Rp 9,8 triliun tersebut akan digunakan untuk memperluas uji coba uji air liur dan uji cepat 20 menit di Inggris selatan. Sementara uji coba komunitas baru di Salford, Inggris barat laut, akan menilai manfaat uji populasi. Dalam uji populasi orang-orang dites secara teratur, terlepas apakah mereka memiliki gejala atau tidak. Dengan demikian setiap kasus dapat diketahui sebelum menyebar luas.
Saat ini menurut anjuran layanan kesehatan resmi warga dapat menjalani tes Covid-19 jika memiliki gejala. Jika terdapat warga yang melakukan kontak dengan pasien positif, mereka akan diminta mengisolasi diri selama 14 hari. Tes atau pengujian tidak akan dilakukan kecuali yang bersangkutan memiliki gejala.
Menurut beberapa pejabat kesehatan, hal itu dilakukan karena tes negatif tidak dapat menghalangi kemungkinan warga terkait mendapatkan gejala di kemudian hari selama masa karantina. Kendati demikian otoritas kesehatan Inggris tetap menyediakan layanan tes yang lebih rutin untuk profesi tertentu, seperti petugas perawatan.
Sejauh ini Inggris memiliki 339 ribuan kasus Covid-19. Negeri Ratu Elizabeth telah mencatatkan 41.514 kematian akibat virus corona.