REPUBLIKA.CO.ID, LAHORE -- Ulama sekaligus politisi penting di Pakistan mengutuk penerbitan ulang karikatur Rasulullah oleh majalah Prancis Charlie Hebdo karena termasuk penistaan agama. Charlie Hebdo melakukan hal itu dalam rangka sidang lanjutan pelaku penembakan kantornya yang terjadi pada 2015.
Sebelumnya, penembakan kantor Charlie Hebdo oleh kelompok Islam garis keras bukan dilakukan tanpa sebab. Pasalnya majalah satir politik itu menerbitkan karikatur Rasullah yang mengenakan sorban seperti bom. Penggambaran Rasulullah dalam bentuk apapun merupakan penistaan dalam Islam.
Dilansir dari the News pada Kamis (3/9) ulama Sirajul Haq sekaligus pemimpin partai Jamaat-e-Islami menyatakan tindakan Charlie Hebdo menjijikan dan memalukan. Ia menganggap Charlie Hebdo melakukan aksi teror terhadap jutaan Muslim.
Sirajul menilai tindakan Charlie Hebdo justru merusak kedamaian dunia. Ia menuntut pemerintah Pakistan agar meminta diselenggarakan rapat darurat Organisasi Kerjasama Islam (OKI) guna menindaklanjuti penghinaan ini.
Ulama sekaligus pimpinan partai Markazi Jamiat Ahle Hadith, Sajid Mir juga menuntut dunia Muslim agar sadar dan mengambil sikap tegas pada musuh Islam. Ia sepakat dengan Sirajul agar pemerintah Pakistan menggelar rapat OKI untuk membahas penistaan terhadap Rasulullah. Ia berharap juga supaya PBB disertakan dalam pembahasan tersebut.
Sekjen Majlis Wahdat-e-Muslimeen (MWM) Allama Raja Nasir Abbas Jafri ikut mengutuk aksi Charlie Hebdo. Ia menilai tindakan tersebut memantik emosi Muslim di seluruh dunia. Ia lalu mengajak untuk menggelar aksi unjuk rasa pada Jumat di seantero negeri sebagai bentuk perlawanan.