REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bersyukur memang tidak mudah, oleh karenanya Allah SWT memberikan ganjaran berlipat ganda untuk orang-orang yang mampu untuk mensyukuri nikmat-Nya. Perintah untuk bersyukur pun kerap disebutkan Allah SWT dalam Alquran.
Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri dalam kitabnya berjudul Minhaj al-Muslim menjelaskan, seorang Muslim hendaknya melihat segala sesuatu yang telah diberikan Allah kepadanya dengan tiada terhingga.
Yakni berupa kenikmatan yang tiada terhitung, terlindungnya dia pada saat menempel di dalam rahim ibu, hidup di dunia, dan menentukan perjalanan hidupnya hingga menuju Allah SWT.
Dalil mengenai sumber kenikmatan itu pun kerap disebutkan dengan beragam redaksi. Misalnya, Allah SWT berfirman dalam Alquran surat An-Nahl ayat 53:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ “Wa ma bikum min ni’matin faminallahi.” Yang artinya: “Dan apa saja nikmat yang ada padamu dari Allah-lah datangnya.”
Dalam Alquran surat An-Nahl ayat 18, Allah berfirman: وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا “Wa in ta’uddu ni’matallahi la tuhshuha.”
Yang artinya: “Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, maka kalian tidak akan sanggup menghitungnya.”
Maka, perintah untuk bersyukur pun diikatkan pula dengan dalil. Seperti di dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 152 berbunyi: فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ “Fadzkuruuniy adzkurkum wasykuruuliy wa la takfuruun.”
Yang artinya: “Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku.”
Di dalam Surah Az-Zumar, Allah kembali menegaskan perintah untuk bersyukur: لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ “La taqnathu min rahmatillahi". Yang artinya: "Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah."