REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki mendukung inisiatif pembicaraan antara pejabat militer Turki dengan Yunani menyusul pertemuan antara Presiden Recep Tayyip Erdogan dan kepala NATO. Hal ini sebagaimana diungkapkan Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, di Ankara, Jumat (4/9) kemarin.
“Setelah pertemuan Presiden Erdogan dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, ada inisiatif untuk memulai pembicaraan di Mediterania Timur antara pejabat militer Turki dengan Yunani, yang kami dukung," kata Hulusi Akar pada acara wisuda, di Universitas Pertahanan Nasional di Ankara, sebagaimana dilansir di Hurriyet Daily News, Sabtu (5/9).
Meski demikian Turki tetap kecewa dengan Prancis. Menurut Akar, pernyataan Prancis di Mediterania Timur dan Irak tidak berkontribusi pada semangat aliansi, juga tidak pada perdamaian atau dialog. Sebagaimana diketahui, pada (4/9), Stoltenberg mengumumkan bahwa Turki dan Yunani setuju untuk mengadakan pembicaraan teknis di NATO untuk mengurangi risiko insiden dan kecelakaan di Mediterania Timur.
Sebelumnya, Yunani telah mempermasalahkan eksplorasi energi Turki di Laut Aegea, Mediterania Timur. Adapun Turki--negara dengan garis pantai terpanjang di Mediterania-- telah mengirimkan kapal survei untuk mengeksplorasi energi di landas kontinennya, dengan mengatakan bahwa Turki dan Republik Turki Siprus Utara (TRNC) memiliki hak di wilayah tersebut.
"Dialog untuk berbagi sumber daya ini secara adil akan menjadi win-win solution bagi semua pihak," kata salah satu pejabat Turki.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Turki dan Sekretaris Jenderal NATO pada 4 September membahas situasi di Mediterania Timur melalui telepon. Menlu Mevlut Cavusoglu dan Stoltenberg juga membahas perkembangan terkini. Menteri luar negeri Turki pada 4 September mengatakan mitranya dari Yunani membantah menyetujui proposal NATO untuk pertemuan tanpa syarat tentang ketegangan di Mediterania Timur.