REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi IX DPR Melki Laka Lena mengklaim DKI Jakarta tak akan kekurangan rumah sakit dan tempat tidur untuk merawat pasien Covid-19. Melki mengaku sudah mengecek kesiapan Kementerian Kesehatan dan RS di Jakarta serta seluruh Indonesia terkait kapasitas untuk penanganan pasien Covid.
Menurutnya, peningkatan pasien positif Covid-19 di DKI Jakarta tak akan membuat ibu kota kekurangan rumah sakit dan tempat tidur untuk perawatan. Politikus Partai Golkar ini menegaskan, hingga September 2020, tersedia 67 rumah sakit yang menjadi rujukan pasien Covid-19.
"Dari jumlah RS tersebut, tersedia 727 tempat tidur untuk pasien ICU (intensive care unit) yang hingga kini baru terpakai 460 tempat tidur, atau 63 persen saja," tutur Melki dalam keterangan kepada Republika.co.id, Sabtu (12/9).
Selain itu, tempat tidur untuk pasien isolasi dari 5.314 yang tersedia, baru terpakai 3.151 tempat tidur, atau 59 persen yang terpakai. Berdasarkan catatan Melki, secara total di 67 RS rujukan, tingkat okupansi tempat tidur masih berada di kisaran 60 persen.
"Sesuai data yang kami terima, saat ini pemerintah mulai menambah kapasitas TT (tempat tidur) di beberapa RS. Seperti untuk TT ICU sudah ditambah sebanyak 132 TT, kemudian untuk isolasi ditambah 943. Jadi terdapat total penambahan 1.075 TT," ujarnya.
Ia mengatakan, jumlah penambahan ini masih bisa terus dilakukan mengingat pemerintah mengusahakan tempat isolasi di sejumlah hotel berbintang 2 dan hotel berbintang 3 di Jakarta. Melki menegaskan, kekhawatiran adanya krisis tempat tidur atau penampungan pasien Covid-19 bisa diatasi dengan penambahan tersebut. Ia mendatan, dari 67 RS di Jakarta, hanya 20 RS yang tempat tidur ICU-nya sudah mencapai 100 persen atau sudah mencapai batas maksimal.
Masih ada 47 RS untuk tempat tidur ICU yang masih bisa menampung jika ada pasien yang memerlukan tempat perawatan. Ketersediaan RS di Jakarta sendiri disediakan oleh RS swasta, RS pemerintah provinsi, RS milik BUMN, hingga RS yang dikelola langsung Kementerian Kesehatan. "Di Jakarta sendiri, baru terdapat satu RS, yakni RS Umum Grha Kedoya yang daya tampung TT ICU dan TT isolasi sudah maksimal atau 100 persen," tegasnya.
Namun, ada pula RS yang masih minim merawat pasien Covid-19 seperti RSUD Tugu Koja, RSU Pelabuhan Tanjung Priok. Ia mengakui, memang ada kasus rawat inap di RS, dalam beberapa hari terakhir terlihat lonjakan tajam di DKI Jakarta. Bahkan sudah mengalahkan Jawa Timur yang sempat mengalami lonjakan cukup tinggi pada akhir Juli lalu.
Menurut anggota DPR Komisi Kesehatan itu, lonjakan pasien positif Covid-19 yang terjadi di Jakarta mulai tinggi sejak 5 Agustus 2020. Ia mengatakan, hal ini hanya beberapa hari setelah Pemprov DKI Jakarta kembali memberlakukan kebijakan ganjil genap mobil pribadi di sejumlah ruas jalan utama di Ibu kota.
Melki menduga, kemungkinan besar pemberlakuan ganjil-genap berkorelasi dengan meningkatnya pemakaian transportasi umum lantaran penumpang mobil pribadi terpaksa berpindah ke moda angkutan massal. Ia berharap, kebijakan itu kini dicabut hingga pandemi Covid-19 berakhir.
"Kami harapkan pejabat pemerintah pusat dan daerah selalu memberi optimisme kepada publik dan melakukan langkah langkah konkrit penanganan Covid-19 baik aspek kesehatan, sosial, ekonomi," ujarnya. Selain itu, ia meminta pemerintah pusat dan daerah bisa saling bersinergi untuk mengatasi pandemi ini.
Salah satunya dengan penegakan dispilin protokol kesehatan di Jakarta dan seluruh Indonesia. Hal ini menjadi kunci penanganan berbasis individu, keluarga dan komunitas baik skala kecil maupun skala besar.