REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengharuskan negara-negara di seluruh dunia agar bergabung dengan fasilitas vaksin COVAX WHO pada batas waktu Jumat (18/9). Hal ini untuk membantu memastikan bahwa imunisasi didistribusikan secara adil dan efisien. COVAX dibentuk awal tahun ini oleh WHO untuk menyatukan upaya negara-negara anggota guna menjamin kesetaraan akses global terhadap vaksin Covid-19.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, sejauh ini 92 negara berpenghasilan rendah sedang mencari bantuan melalui fasilitas COVAX. Fasilitas ini merupakan bagian dari Akselerator ACT WHO untuk mendorong pengembangan vaksin, terapi, dan diagnostik untuk memerangi pandemi.
Sekitar 80 negara berpenghasilan tinggi telah menyatakan minatnya. Namun, banyak yang masih harus mengonfirmasi niat mereka untuk bergabung pada akhir minggu ini.
"Jika orang-orang di negara berpenghasilan rendah dan menengah kehilangan vaksin, virus akan terus membunuh dan pemulihan ekonomi global akan tertunda," kata Tedros pada acara regional WHO untuk Eropa yang disiarkan secara virtual, Senin (14/9).
WHO telah mencatat rekor kenaikan satu hari dalam jumlah infeksi virus corona baru, dengan 307.930 dilaporkan selama 24 jam. Badan tersebut mengatakan bahwa kematian naik lebih dari 5.500, sehingga total global menjadi 917.417. Peningkatan infeksi terbesar dilaporkan di India, AS, dan Brasil.
Di seluruh dunia, ada lebih dari 28 juta kasus yang dikonfirmasi, setengahnya terjadi di Amerika. Rekor satu hari sebelumnya untuk kasus baru adalah pada 6 September ketika WHO melaporkan 306.857 infeksi baru.