REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China menerapkan karantina wilayah atau lockdown di kota Ruili, Provinsi Yunnan, yang berbatasan dengan Myanmar. Hal itu dilakukan setelah ditemukan dua kasus Covid-19 di sana.
Dilaporkan laman Aljazirah, semua aktivitas bisnis di Ruili telah dihentikan. Hanya swalayan, apotek, dan dan pasar makanan diizinkan beroperasi. Penduduk telah diberi tahu untuk tetap tinggal di rumah. Mereka dilarang meninggalkan atau memasuki kota mulai Senin (14/9) malam.
Otoritas China telah mengumumkan rencana untuk meluncurkan program pengujian massal Covid-19 di Ruili. Sebanyak 210 ribu penduduk di kota tersebut akan diuji. Ruili telah melaporkan dua kasus Covid-19. Menurut laporan Global Times, virus dibawa seorang wanita berusia 32 tahun dan 16 tahun. Pihak berwenang Ruili telah menyarankan siapa pun yang melakukan perjalanan keluar dari kota tersebut pada atau setelah 12 September untuk menjalani tes.
Para pejabat menyebut infeksi itu dibawa dari Myanmar dan otoritas China akan menindak imigran ilegal. Wakil Wali Kota Ruili Yang Bianqiang mengatakan pemerintahannya akan memulangkan mereka yang tidak dapat memverifikasi waktu kedatangannya ke China. Mereka yang tak memiliki tempat tinggal dan pekerjaan tetap pun akan dipulangkan.
Secara umum China telah berhasil menangani dan mengendalikan penyebaran Covid-19. Hal itu dilakukan dengan menerapkan serangkaian pembatasan perjalanan dan lockdown yang ketat. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, terdapat wabah lokal, termasuk di ibu kota Beijing.
Pada Selasa (15/9), China melaporkan tujuh kasus baru Covid-19. Menurut Komisi Kesehatan Nasional China semua kasus tersebut merupakan impor atau dibawa dari negara lain.