REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi terdahulu menunjukkan bahwa suplemen vitamin D dapat menurunkan risiko infeksi virus di saluran pernapasan. Analisis statistik mengungkapkan hal ini mungkin berlaku pada infeksi Covid-19.
"Vitamin D penting untuk fungsi sistem imun," jelas ketua tim peneliti Profesor David Meltzer dari University of Chicago Medicine, seperti dilansir Futurity, Rabu (16/9).
Studi terbaru ini melibatkan 458 pasien yang selama satu tahun terakhir menjalani pemeriksaan kadar vitamin D. Data menunjukkan bahwa pasien dengan defisiensi vitamin D yang tak diobati memiliki risiko hampir dua kali lipat untuk terkena Covid-19, dibandingkan pasien yang memiliki kadar vitamin D cukup.
Tim peneliti menekankan bahwa studi ini hanya melihat kedua kondisi ini sering terlihat bersamaan. Studi ini tidak membuktikan adanya hubungan sebab akibat.
Studi ini juga menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D lebih banyak ditemukan pada beberapa kelompok. Sebagian di antaranya adalah lansia, penghuni panti jompo, petugas layanan kesehatan, serta keturunan Afrika-Amerika.
Meltzer dan tim menekankan pentingnya studi lebih lanjut untuk mengetahui apakah suplementasi vitamin D dapat menurunkan risiko dan keparahan Covid-19. Meltzer dan tim juga menilai perlu dilakukan studi untuk mengetahui strategi suplementasi vitamin D yang tepat untuk kelompok-kelompok yang spesifik.
"Memahami apakah mengobati defisiensi vitamin D dapat mengubah risiko Covid-19 bisa menjadi sangat penting secara lokal, nasional, dan global. Vitamin D tidak mahal, umumnya aman untuk didapatkan, dan dapat disebarkan secara luas," ungkap Meltzer.