REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH – Para pemimpin Eropa memeringatkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berhenti mengintimidasi negara tetangga Turki di tengah ketegangan soal hak maritim dan energi di Mediterania timur.
Peringatan ini disampaikan menyusul langkah Turki yang akan terus mengeksplorasi minyak dan gas bumi di lepas pantai Siprus.
Kapal bor Yavuznya dari Turki akan melanjutkan pencarian migas tersebut sampai 12 Oktober mendatang meski ada tuntutan internasional untuk mundur.
Ankara telah membuat marah Uni Eropa dengan mengirim kapal penelitian dengan pengawalan angkatan laut untuk bekerja di perairan teritorial Yunani.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, Turki akan selalu menjadi tetangga yang penting. Dia menyindir, bahwa jarak Turki dengan Eropa memang berdekatan jika dilihat di peta, tetapi jarak keduanya kini tampak kian menjauh.
"Ya, Turki berada di lingkungan yang bermasalah. Dan ya, itu menampung jutaan pengungsi, yang kami dukung dengan dana yang cukup besar. Tetapi tidak satu pun dari hal ini untuk dijadikan pembenaran dalam upaya mengintimidasi tetangganya," ucap Leyen dilansir di Arab News, Kamis (17/9).
Di sisi lain, Siprus menekan anggota Uni Eropa lainnya untuk menjatuhkan sanksi baru ke Turki atas tindakan pengeboran itu. Kepala Dewan Eropa Charles Michel berjanji akan membela hak-hak Siprus.
"Uni Eropa berdiri dalam solidaritas dengan Siprus karena menghadapi situasi yang gawat. Saya yakin kita harus sangat tegas dalam hal membela hak-hak semua negara anggota, termasuk Siprus," tutur Michel saat kunjungan ke Siprus.
Presiden Siprus Nicos Anastasiades mengatakan kunjungan Michel datang pada saat yang sangat mengkhawatirkan. Sebab dia menyampaikan Turki terus melanggar zona maritim negaranya dengan melakukan pengeboran ilegal.
Dia mengatakan, Uni Eropa harus siap mengambil tindakan melindungi hak-hak anggotanya. "Penghormatan terhadap kedaulatan semua negara anggota harus tetap menjadi aturan yang tidak dapat diabaikan atau dihina oleh siapa pun. Selama ada tindakan ilegal terhadap negara anggota, tanggapan UE harus segera dilakukan," ujarnya.
Anastasiades menambahkan, Siprus siap untuk melakukan pembicaraan dengan Turki untuk menyelesaikan perbedaan mereka, tetapi tidak akan menanggapi intimidasi.
"Nicosia selalu siap untuk berdialog, tetapi agar efektif, hal itu perlu didefinisikan dengan jelas berdasarkan hukum internasional, tanpa pemerasan atau ancaman," tambahnya.