REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, Setya Dipayana menuturkan anak memiliki kekebalan tubuh (imunitas) yang bagus untuk melawan Covid-19. Namun disi lain juga bisa menjadi penyebar.
Lantaran imunitas anak yang umumnya bagus, kemungkinannya justru menjadikan anak sebagai asymptomatis. Yakni anak telah terpapar Covid-19 namun tidak menimbulkan gejala apa-apa karena mereka kebal.
Akan tetapi ketika mereka berdekatan dengan orang yang kekebalannnya menurun atau orang tua, maka mereka bisa menjadi penular. "Anak- anak bisa disebut super spreader (penyebar super, red)," jelasnya.
Anak- anak juga bisa menjadi carrier (pembawa). Dia bisa menyebarkan ke mana pun tanpa terdeteksi. "Namun keluarga sekarang sering bilang anaknya tidak usah dicek karena merasa kasihan. Padahal kita tahu, ia bisa menjadi penyebar," lanjutnya.
Menurut dia, semua orang harus sadar dengan membuat adaptasi pada kebiasaan baru bagaimana agar penularan itu tidak terjadi. Termasuk dalam mengedukasi kepada anak.
Caranya seperti yang sudah dianjurkan Pemerintah, membiasakan anak- anak mencuci tangan, mengenakan masker, dan selalu menjaga jarak dan tidak berkerumun. Maka orang tua harus memberikan edukasi yang jelas dengan bahasa yang mengena kepada anak- anak.
"Misal berikan pengertian jangan saling tukar masker hanya karena gambar maskernya lebih menarik seperti Doraemon atau gambar lainnya," ucap Setya.
Di lain pihak, Setya sepakat karena pandemi Covid-19 masih terus menyebar, maka sebaiknya pembalajaran secara tatap muka sementara diditiadakan. Namun jika memang banyak masyarakat menghendaki, maka belajar tatap buka bisa dilangsungkan namun harus dengan protokol kesehatan yang sangat ketat dan di daerah hijau.