REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif Nahdlatul Ulama (NU) memperingati hari jadinya ke-91, 19 September kemarin. Bersamaan dengan perayaan yang diadakan secara virtual LP Ma'arif NU membagikan lima penghargaan kepada tokoh pendidikan PBNU.
Ketua Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (NU), KH Arifin Junaidi, menyebut baik LP Ma'arif NU maupun sekolah-sekolah di bawahnya selalu memegang empat nilai tradisi. Nilai-nilai ini sama dengan nilai yang digaungkan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
"UNESCO menetapkan ada empat pilar pendidikan, learning to know (knowledge), learning to do (skill), learning to be (attitude), dan learning to live together," ujar Kiai Arifin aaat dihubungi Republika, Senin (21/9).
Anak didik di bawah LP Ma'arif NU tidak hanya diajarkan untuk memperoleh ilmu, melatih kemampuan diri dan mendalami sikap. Kemampuan untuk hidup bersama dan bermasyarakat juga harus diajarkan dan dipraktikkan.
LP Ma'arif NU sejauh ini memegang teguh pendapat Ulama Sayyid Sabiq tentang pendidikan. Beliau menyebut, pendidikan berarti menyiapkan anak, baik dari segi fisik, intelektualitas, dan jiwa, hingga menjadi orang yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakatnya.
"Tidak ada gunanya seorang anak itu tiga hal lainnya bagus, namun tidak membawa manfaat bagi sekitar. Hal-hal ini akan terus dipegang oleh LP Ma'arif NU," kata dia.
Perihal pengetahuan dan kemampuan diri, Kiai Arifin menyebut kemampuan siswa-siswinya setara dengan mereka yang mengenyam pendidikan di lembaga lain, mengingat kesamaan kurikulum. Namun di luar itu, pihaknya akan berusaha mempertahankan sikap dan kemampuan dalam bermasyarakat.
Sejauh ini, satuan pendidikan yang bergabung dengan LP Ma'arif terus mengalami peningkatan. Lima tahun yang lalu, tercatat ada 13ribuan satuan pendidikan di bawah lembaga ini. Namun, kini LP Ma'arif NU telah mengayomi hampir 21ribu satuan pendidikan.
Dulunya, tokoh-tokoh NU membuat yayasan sendiri untuk membangun lembaga pendidikan, mengingat PBNU saat Orde Baru tidak memiliki badan hukum. LP Ma'arif pusat pun tidak ketinggalan untuk membangun yayasannya.
Namun, saat almarhum Gus Dur menjabat sebagai Ketua PBNU pada 1987, lahirlah Badan Hukum Perkumpulan NU (BHPNU). Setelahnya, pada 2015 pengurus LP Ma'arif NU tidak lagi melanjutkan kinerja yayasannya dan sepenuhnya menggunakan BHPNU.
"Beberapa penerus tokoh NU yang punya yayasan, awalnya tidak ingin bergabung dengan LP Ma'arif karena bentuknya juga yayasan. Masa yayasan di bawah yayasan. Tapi setelah itu dimatikan, banyak yang bergabung dengan LP Ma'arif NU," kata Kiai Arifin.
Di peringatan ke 91 kali ini, LP Ma'arif NU juga membagikan penghargaan kepada lima tokoh pendidikan NU. Penganugerahan yang dilakukan lima tahunan ini merupakan bentuk apresiasi atas jasa yang telah dilakukan tokoh tersebut dalam dunia pendidikan dan LP Ma'arif NU.
Untuk kali kedua ini, tokoh yang dianggap berjasa adalah KH Abdullah Ubaid dan KH Machfudz Shiddiq dengan kategori Pendiri, KHA Ghafar Rahman dengan kategori Pengabdi, serta KHM Nadjid Muchtar dengan kategori Pembaharu. Wakil Presiden Indonesia, KH Ma'ruf Amin juga mendapat penghargaan dengan kategori Inspirator.
Kepada tokoh-tokoh yang mendapat penghargaan ini, Kiai Arifin berharap tetap membimbing LP Ma'arif NU dan anggotanya keseluruhan. Nilai-nilai yang mereka tanam dan jalankan, juga diharap bisa diwariskan kepada penerus bangsa.
"Kepeloporan dan dedikasi yang mereka tunjukkan, akan diwarisi oleh generasi muda bangsa. Karena itu, dirumuskan dan disepakati, Ma'arif NU tidak hanya puas dengan menjawab tantangan zaman, tetapi juga memberi tantangan kepada zaman atau pioneer," ujarnya.
Pengamat Pendidikan Islam dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jejen Musfah, menyebut LP Ma'arif Nu sangat berjasa besar dalam mencerdaskan generasi bangsa.
"Capaian pembangunan pendidikan bangsa ini, di antaranya merupakan kontribusi LP Ma'arif NU. Masyarakat madani tak bisa lepas dari pengaruhnya," kata dia.
Dalam pengajarannya, Ma'arif NU disebut mengedepankan pendidikan berbasis Alquran, Sunnah dan kebudayaan, yang setia dengan pancasila dan NKRI. Pendidikannya, dinilai mewariskan kecintaan dan kesetiaan kepada bangsa dan pemerintahan yang sah.
Di sisi lain, Jejen menyebut Maarif NU konsisten menyediakan pendidikan yang terjangkau bagi masyarakat mayoritas, yaitu kelas bawah, tanpa meninggalkan mutu.
Kepada LP Ma'arif NU, ia menitipkan pesan semoga mampu melahirkan generasi penerus yang memiliki keseimbangan kompetensi. Baik dari sisi ilmu agama, sains, sosial, dan seni.
"Di luar itu, semoga LP Maarif Nu mampu melahirkan insan yang berperilaku islami di mana pun dan kapan pun, serta dalam posisi apa pun," lanjutnya.